JAKARTA – Wafatnya Komandan Brigade Quds IRCG, Mayor Jenderal Qassem Soleimani akibat serangan udara Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad pada Jumat (3/1/2020), membuat sejumlah negara mengutuk perbuatan Amerika tersebut. Bahkan Presiden Iran, Hassan Rouhani bertekad membuat ‘perhitungan’ dengan Donald Trump.
Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta pun turut melayangkan pernyataan protes kematian Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Melalui keterangan tertulisnya, Dubes Iran menyampaikan belasungkawa atas syahidnya Qasem Soleimani dan Wakil Komandan Hashd al-Shaabi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.
“Keduanya tokoh anti terorisme kepada Pemimpin Agung, warga Iran, dan seluruh komunitas internasional termasuk masyarakat Republik Indonesia, berbela sungkawa,” katanya di Jakarta, Senin (6/1/2020).
Dubes Iran juga mengutuk tindakan Amerika Serikat yang meneror Qasem Soleimani. Padahal jenderal top Iran itu merupakan simbol dan pahlawan anti terorisme dan radikalisme di kawasan Timur Tengah.
“Jasa, pengorbanan, keberanian, dan keahlian Mayjen Soleimani dalam memerangi ISIS dan kelompok takfiri di Suriah dan Irak merupakan bagian dari sejarah kontemporer yang tak akan terlupakan,” ujarnya.
Kematian Soleimani, tegas Dubes Iran, tak dapat menghentikan perwalawanan terhadap terorisme dan ekstrimisme di kawasan. Melainkan tindakan brutal Amerika itu semakin memperkuat pohon muqawama di kawasan dan dunia.
Iran bakal mengerahkan seluruh kapasitas politik, hukum, dan internasionalnya membalas teror jahat Amerika. “Iran tidak akan terpancing oleh perkembangan situasi dan akan memberikan pembalasan yang tegas pada waktu dan tempat yang diharapkannya,” tulis Dubes Iran.
Tindakan keji itu, merupakan serangan teror terhadap pejabat resmi Republik Islam Iran dan merupakan bentuk nyata dari aksi terorisme. “Tindakan biadab ini juga adalah pelanggaran yang luas terhadap berbagai peraturan internasional dan piagam PBB,” kata dia.
Dubes menilai, tindakan jahat yang dilakukan atas konsultasi dan provokasi Rezim Zionis Israel adalah sebuah kesalahan strategis yang akan berujung pada peningkatan rasa ketidakamanan di kawasan.
Selain itu, aksi teror tersebut juga bertentangan dengan komitmen Amerika dalam memerangi terorisme. “Amerika dengan tindakan kejinya sedang melawan orang-orang dan pihak-pihak yang berperang dengan kelompok teroris,” ujarnya.