Edy Rahmayadi: Kisah Di Balik Air Mata Megawati dan Tantangan Infrastruktur Sumut

Ragam546 Dilihat

MEDAN – Dalam perjalanan politiknya menuju Pilkada Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, calon Gubernur nomor urut 2, mengungkapkan momen emosional saat bertemu dengan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.

Pertemuan ini bukan hanya sekadar ramah tamah, tetapi juga menyimpan pesan mendalam yang berhubungan dengan masa depan bangsa.

Edy menceritakan, dia diundang untuk makan bersama Megawati, di mana ia menangkap betapa dalamnya rasa sakit yang dialaminya.

Baca Juga: Kapolri Apresiasi Peran Polwan dalam Masyarakat

“Ibu Megawati menangis karena pengkhianatan,” ujarnya dikutip dari Detik, Jumat (4/10/2024), mengisyaratkan adanya ketidakpuasan dari partai terhadap situasi politik saat ini.

Edy diingatkan oleh elite PDIP untuk tidak membuat Megawati menangis lagi. “Jangan bikin ibu itu nangis dua kali,” katanya penuh kebingungan, seolah menyadari betapa besar harapan yang dipikul oleh putri proklamator itu.

 

Utang dan Pandemi: Tantangan yang Dihadapi Edy

Kembali ke masa kepemimpinannya sebagai Gubernur Sumut, Edy mengenang tantangan besar yang dihadapinya. Dia terpaksa merespons tagihan utang dana bagi hasil dari pemerintah pusat sebesar Rp 1,7 triliun.

Ditambah utang kepada PT Inalum sekitar Rp 500 miliar, situasi ini memaksanya untuk mengambil langkah cepat agar pembangunan di 33 kabupaten dan kota tidak terhambat.

“Selama dua tahun, APBD tersedot Rp 2 triliun lebih,” ungkap Edy.

Saat ingin melanjutkan pembangunan sesuai visi misinya, Covid-19 datang sebagai tantangan baru. “Alhamdulillah, Sumut peringkat kedua terbaik secara nasional dalam penanganan pandemi,” ujarnya, namun tetap merasa banyak program pembangunan yang terhambat.

 

Proyek Infrastruktur: Harapan yang Tertunda

Edy merasa kecewa ketika proyek infrastruktur senilai Rp 2,7 triliun yang ia rencanakan dihentikan setelah masa jabatannya berakhir.

Dengan menggunakan metode rancang bangun, proyek ini diharapkan dapat mendorong perekonomian masyarakat dan memperbaiki infrastruktur yang ada.

“Harusnya lanjut terus supaya masyarakat merasakan dampaknya,” harap Edy.

Data dari Dinas PUPR Sumut menunjukkan bahwa progres pembangunan jalan yang terealisasi mencapai 74 persen dari 163 ruas jalan yang diprogramkan. Namun, setelah Edy lengser, proyek multiyears ini dihentikan pada Juni 2024.

 

Menjutkan Perjuangan: Niat Kembali Berkompetisi

Edy mengungkapkan keinginannya untuk melanjutkan pembangunan yang terhenti, bersamaan dengan pasangannya di Pilkada, Hasan Basri Sagala.

“Kami ingin melanjutkan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Sumut, serta program pembangunan kerakyatan lainnya,” tegasnya.

Di sisi lain, calon gubernur lainnya, Bobby Nasution, juga memberikan kritik terhadap ketidakmerataan pembangunan infrastruktur di Sumut.

“Jalan di Aceh bagus, jalan di Sumatera Barat juga bagus. Begitu masuk Sumut, benjol kepala kita,” sindir Bobby, yang mengaitkan nomor urut dua yang ia dapat dengan proyek Rp 2,7 triliun di masa pemerintahan Edy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *