JAKARTA – Film “13 Bom di Jakarta”, sebuah film action terbesar di Indonesia merupakan film berdasarkan kisah nyata yang terinspirasi dari kasus terorisme yang terungkap berkat kerjasama Polri dengan crypto exchange INDODAX pada tahun 2015.
“Jadi, pada saat awal-awal kita, kita pernah terjebak dalam suatu kasus terorisme yang melibatkan peledakan beberapa bom di pusat perbelanjaan di Jabodetabek. Pelakunya meminta tebusan sebesar 100 Bitcoin,” ujar CEO INDODAX, Oscar Darmawan, dikutip dari humas.polri.go.id, Minggu (14/1/2024).
Oscar Darmawan juga bercerita mengenai pengalamannya saat tiba-tiba diminta keterangan oleh pihak kepolisian terkait kasus tersebut.
Ada empat bom yang dipasang oleh para teroris dan menyebabkan adanya korban terluka akibat ledakan. Maka dari itu, banyak pihak yang terlibat pada penyelidikan itu, dari Intel, Bareskrim Mabes Polri, hingga Densus 88.
“Kasus saya waktu itu ditangani oleh Irjen Pol Albertus Rachmad Wibowo, selaku Kasubdit Cyber Bareskrim Mabes Polri saat itu. Sekarang beliau menjadi Kapolda Sumatera Selatan,” katanya.
“Berkat kebijaksanaan dan kecerdasan beliau, Saya terbukti tidak bersalah, bahkan jadinya saya membantu mereka untuk melakukan penyelidikan, karena saat itu blockchain masih sangat baru di Indonesia. Saya pun hingga kini kagum dengan beliau,” lanjut Oscar lagi.
Ia mengatakan, bahwa mengangkat kasus ini menjadi sebuah film layar lebar adalah salah satu upaya dari INDODAX untuk mengedukasi masyarakat luas mengenai kripto.
Menurut dia, ekosistem kripto pada masa itu masih dalam tahap awal dan belum matang seperti sekarang. Regulasi mengenai kripto pun juga belum ada di Indonesia.
“Oleh karena itu, kami menghadapi berbagai tantangan yang cukup pelik dalam mendirikan startup kripto di Indonesia,” kata Oscar Darmawan.
Ia mengungkapkan, ide pembuatan film ini berawal dari diskusinya bersama Angga Sasongko, selaku sutradara film “13 Bom di Jakarta” pada tahun 2022 silam.
Menurut dia, Mas Angga pernah mendengar kisah terorisme bermotif ekonomi yang melibatkan Bitcoin ini, kemudian beliau meminta izin untuk mengangkat kisah tersebut untuk diceritakan kepada publik, tetapi tentunya dengan didramatisasi.
“Akhirnya setelah INDODAX berdiskusi secara internal, kita sepakat untuk berkolaborasi membuat film mengenai bagaimana INDODAX membantu negara dalam mengungkap salah satu kasus terorisme di masyarakat. Kemudian lahirlah film ’13 Bom di Jakarta’ ini,” katanya.
Seperti diketahui, dalam film ini Chicco Kurniawan dan Ardhito Pramono memerankan tokoh Oscar Darmawan dan William Sutanto. Mereka adalah pendiri INDODAX yang tanpa diduga terbawa dalam kasus terorisme yang diprakarsai oleh seorang mantan militer bernama Arok.
Arok meminta uang tebusan dalam bentuk Bitcoin melalui platform INDODAX, dengan ancaman meledakkan 13 bom yang tersebar di Jakarta satu per satu jika permintaan tidak terpenuhi.
Film “13 Bom di Jakarta” ini merupakan salah satu wujud nyata dari INDODAX untuk ikut mengembangkan industri kreatif melalui perfilman di tanah air.
INDODAX juga rutin mengadakan sebuah festival film pendek terbesar di Indonesia setiap tahunnya untuk menggali potensi dan menjadi wadah bagi sineas muda berkreasi dengan maksimal. Festival film pendek ini dinamakan INDODAX Short Film Festival (ISFF).
Saat dihubungi oleh Wartawan Kamis sore 11/1/2024 Kapolda Sumsel, Irjen Pol A. Rachmad Wibowo SIK, membenarkan Peristiwa tersebut Tahun 2015 Bom di Alam Sutra.
“Saya tidak tahu kalau dijadikan film oleh Oscar, Oscar pengusaha muda yang merasa berterimakasih karena diselamatkan,” ujar Mantan Kapolda Jambi.
“Padahal saya merasa tidak berbuat apa-apa. Kita ada karena masyarakat membutuhkan kita, tidak boleh kita menyakiti hati masyarakat/rakyat laksanakan tugas tulus dan ikhlas yakinlah itu,” lanjutnya.