JAKARTA – OpenAI, perusahaan pemilik robot chat berbasis kecerdasan buatan ChatGPT digugat oleh sekelompok penulis buku yang berasal dari Amerika Serikat (AS).
Beberapa penulis ternama yang menggugat OpenAI bersama-sama adalah Michael Chabon, David Henry Hwang, Matthew Klam, Rachel Louise Snyder, dan Ayelet Waldman.
Berdasarkan dokumen gugatan di pengadilan federal San Francisco yang dikutip Reuters, Selasa (12/9/2023), para penulis menyatakan OpenAI menyalin hasil karya mereka tanpa izin untuk mengajarkan ChatGPT cara merespons perintah (prompt) manusia.
Gugatan dari sekelompok penulis tersebut adalah gugatan ketiga yang atas OpenAI, perusahaan yang didanai dan sebagian sahamnya dimiliki oleh Microsoft.
Selain OpenAI, Microsoft, Meta, dan Stability AI juga menghadapi gugatan hak atas karya intelektual terkait metode pelatihan AI mereka.
OpenAI dan perusahaan pengembang AI lainnya menyatakan metode mereka sah karena mengikuti prinsip “fair use” (penggunaan yang wajar) menggunakan material yang dikumpulkan dari internet.
ChatGPT adalah pemicu tren pengembangan AI di seluruh dunia. Pada Januari, ChatGPT mencetak rekor sebagai aplikasi dengan pertumbuhan pengguna paling cepat yaitu 100 juta pengguna aktif bulanan hanya sebulan setelah diluncurkan.
Gugatan yang dilayangkan ke San Francisco berargumen bahwa hasil karya seperti buku, naskah teater, dan artikel punya nilai tinggi dalam pelatihan ChatGPT sebagai “contoh terbaik dari tulisan panjang berkualitas tinggi.”
Penggugat merasa hasil karya mereka disertakan di dalam data yang digunakan dalam pelatihan ChatGPT tanpa izin. Mereka menuduh ChatGPT bisa dengan akurat merangkum hasil karya mereka kemudian menciptakan teks yang menjiplak gaya penulisannya.
Para penulis meminta pengadilan untuk menghentikan “praktik bisnis yang ilegal dan tidak adil” yang dilakukan oleh OpenAI. Selain itu, gugatan meminta ganti rugi uang dengan jumlah yang tidak disebutkan.