Imbas Dua Pesawat TNI Jatuh, Wapres RI Minta Pemeriksaan Ulang Alutsista

JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) RI, Ma’ruf Amin, menekankan perlunya pemeriksaan ulang terhadap alat utama sistem senjata (alutsista). 

Hal tersebut sebagai imbas dua pesawat EMB 314 Super Tucano jatuh di Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur pada Kamis (16/11/2023)

“Seluruh peralatan harus kembali dilakukan pemeriksaan, dilakukan penilaian penilaian ulang, apakah masih layak dipakai termasuk pesawat itu supaya nggak terjadi korban,” ujar Ma’ruf di Jakarta, Jumat (17/11/2023).

Ma’ruf Amin mengingatkan, agar dilakukan persiapan sebelum latihan mulai dari peralatan, kesiapan personel hingga cuaca. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya insiden kecelakaan.

“Saya kira memang kita harus selalu memeriksa ya kalau ada latihan, ada apa itu harus sudah siap, jangan sampai kemudian pesawatnya tidak baik, atau cuacanya tidak baik sehingga bisa menimbulkan korban,” kata dia.

Menurut dia, kondisi cuaca juga menjadi persoalan dalam dunia penerbangan. 

“Dan juga pemantauan cuaca, sebab sering kali terjadi karena cuaca yang tidak baik itu juga penting jadi kerja sama dengan pihak BMKG dan lain lain,” katanya.

Ditempat berbeda, pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai meskipun kecelakaan diduga disebabkan cuaca buruk, tetapi setiap insiden tersebut harus menjadi catatan.

“TNI harus makin serius memastikan keamanan alutsista dan keselamatan prajuritnya dengan peningkatan standar pemeliharaan, disiplin pada prosedur dan alokasi anggaran yang lebih proporsional pada upaya-upaya itu,” ujarnya.

Menurut dia, insiden jatuhnya pesawat dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, menjadi pengingat perlunya membangun pertahanan dengan perencanaan yang komprehensif. Apalagi, dalam insiden itu, dua pesawat hancur dan menyebabkan empat penerbang gugur.

“Yang terpenting dari semua itu adalah bahwa pembangunan kekuatan pertahanan membutuhkan perencanaan yang komprehensif, berkelanjutan serta didasarkan pada skala prioritas yang jelas, terukur dan mengacu pada proyeksi bentuk dan tingkat ancaman di masa mendatang,” kata dia.

Khairul menyayangkan, dalam upaya membenahi alutsista, anggaran yang tersedia masih belum mencukupi. 

Ia berharap, masalah anggaran bisa teratasi dengan tersedia ruang fiskal yang memadai agar TNI bisa segera berbenah dapat segera menggunakan alutsista berteknologi terkini dan mumpuni.

“Keterbatasan itu bahkan sangat mungkin berdampak pada upaya pemeliharaan, perawatan dan kesiapan tempur,” ujar Khairul.

Karena itu, Khairul mendesak pemerintah agar persoalan pemenuhan alutsista saat ini harus diprioritaskan. Pengadaan alutsista sebenarnya bukan semata urusan TNI atau Kemenhan, melainkan pemerintah secara keseluruhan.

“Saya kira ini bukan hanya masalah TNI AU, atau jajaran Kemenhan dan TNI semata. Pemerintah harus terus diingatkan dan didukung untuk mempertimbangkan porsi anggaran secara proporsional dan disiplin pada prioritas. Jika tidak, cita-cita mulia memperkuat jati diri sebagai negara yang bediri tegak, berwibawa di darat, laut dan udara, akan sulit diwujudkan,” katanya.

Diketahui, dua pesawat EMB 314 Super Tucano dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang jatuh usai mengalami lost contact dan jatuh di kawasan Pegunungan Tengger, Kabupaten Pasuruan. Insiden itu terjadi saat kedua pesawat TNI AU tersebut sedang melakukan latihan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *