Imlek, Merayakan Kebhinekaan dan Silaturahmi di Indonesia

Nasional983 Dilihat

JAKARTA – Perayaan Imlek, yang dikenal juga sebagai Tahun Baru Cina, adalah momen istimewa yang dirayakan oleh warga Tionghoa di seluruh dunia.

Dalam konteks Indonesia, Imlek bukan sekadar perayaan tahun baru berdasarkan kalender lunar, tetapi juga sarana untuk merayakan kebhinekaan dan memupuk hubungan antaretis.

Mantan Ketua DPP Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Denny Sanusi, mengatakan pengakuan Imlek sebagai hari libur nasional menunjukkan keberagaman yang semakin terjaga di Indonesia.

“Perayaan ini bisa dirasakan oleh semua etnis, dan berdampak positif pada interaksi antar golongan,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (29/1/2025).

Dia menekankan, perayaan Imlek semakin memudahkan warga non-Tionghoa untuk mengenal dan merayakan budaya Tionghoa. Imlek juga menyediakan kesempatan bagi warga Tionghoa untuk menampilkan seni dan budaya mereka.

Baca Juga: Waspada Penipuan Cryptocurrency, Polri Ingatkan Masyarakat untuk Hati-hati

Tarian barongsai, misalnya, tidak hanya dipentaskan oleh warga Tionghoa, tetapi kini juga disukai oleh komunitas non-Tionghoa. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Tionghoa semakin diterima dalam masyarakat luas.

Keterlibatan yang aktif dari warga non-Tionghoa dalam perayaan Imlek patut diapresiasi. Menurut Denny, tidak hanya makanan khas seperti dodol dan kue keranjang yang dibagikan, tetapi juga nilai-nilai kebersamaan yang diusung selama perayaan ini.

“Kulinernya bisa dinikmati bersama, menambah rasa solidaritas di antara tetangga dan teman dari berbagai latar belakang,” katanya.

Dia juga menggarisbawahi bahwa Imlek bukan hanya sebuah perayaan agama. Banyak warga Tionghoa yang merayakannya dengan latar belakang kepercayaan yang berbeda, termasuk Islam dan Buddha.

“Bagi saya, Imlek merupakan waktu untuk bersyukur dan berbagi kebahagiaan, tidak peduli latar belakang agama,” tegas Denny.

Sebagai perwakilan warga Tionghoa Muslim, Denny menekankan pentingnya komunikasi lintas etnis. PITI berkolaborasi dengan ormas Islam lainnya, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, untuk meningkatkan pemahaman antarbudaya.

“Kami ingin meminimalkan ketegangan yang ada dan membangun jembatan komunikasi di antara semua golongan masyarakat,” kata dia.

Denny mengajak seluruh warga, baik Tionghoa maupun non-Tionghoa, untuk mencintai Indonesia sebagai tanah air bersama.

“Tidak ada ruang bagi diskriminasi antaretis. Kita harus saling menghargai perbedaan dan menjadikan keberagaman sebagai kekuatan,” ungkapnya.

Dengan optimisme terhadap generasi muda, Denny percaya bahwa mereka akan semakin terbuka dalam memahami dan menerima perbedaan.

“Generasi muda harus mampu melihat potensi positif dari keberagaman, serta membangun komunikasi yang baik untuk menciptakan harmoni di masyarakat,” pungkasnya.

Perayaan Imlek di Indonesia bukan hanya tentang merayakan tahun baru, tetapi juga menggambarkan semangat kebersamaan, saling menghormati, dan merayakan nilai-nilai kebhinekaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *