JAKARTA – Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) menyebut Islamic State atau biasa dikenal ISIS di Indonesia meningkatkan retorika anti-Cina di media sosial di tengah wabah pandemi coronavirus (Covid-19). Karena itu, pemerintah diminta waspada akan kemungkinan serangan di masa depan.
Dirilis SCMP, Selasa (7/4/2020), IPAC sebelumnya mengungkapkan sebuah rencana untuk menyerang pekerja Cina di Banten, Jawa Barat. Di mana rencana tersebut telah dibahas tahun lalu, oleh seorang pendukung ISIS yang menikam dan melukai mantan Menkopolhukam, Wiranto, yang menjadi target kelompok teror tersebut.
“Retorika anti-Cina yang intensif pada beberapa situs media sosial ekstremis tampaknya tidak diimbangi oleh peningkatan dalam plot terhadap target Cina, tetapi tetap sesuatu yang harus diperhatikan,” tulis laporan itu.
“Sebagian besar retorika itu murni pidato kebencian rasis. Pertanyaannya sekarang adalah apakah pendukung ISIS di Indonesia akan menggunakan coronavirus sebagai alasan untuk memperluas penargetan di luar kepolisian ke target domestik atau internasional Cina,” lanjut tulisan itu.
Menurut IPAC, wabah virus yang pertama kali dilaporkan di kota Wuhan, Cina, telah memicu sentimen anti-Cina yang meluas jauh melampaui komunitas pro-ISIS Indonesia.
Bahkan coba ‘dimainkan’ oleh kelompok tersebut untuk masuk ke dalam masalah politik, dengan berbagai segmen masyarakat terkait ketergantungan Pemerintahan Presiden Joko Widodo terhadap Cina dalam pembangunan infrastruktur dan investasi asing.
Rencana serangan terhadap terhadap pabrik semen di provinsi Banten, berupaya mengeksploitasi kemarahan pekerja lokal terhadap pekerja Cina yang berjumlah 181 yang bekerja di pabrik itu.
Dengan Syahrial Alamsya yang juga dikenal sebagai Abu Rara menjadi orang yang bertanggung jawab menikam Wiranto. Dimana Abu Rara diketahui sebagai anggota afiliasi ISIS Indonesia dari Jemaah Ansharut Daulah (JAD).
Laporan IPAC, Abu Rara telah membahas serangan pekerja Cina di pabrik semen Merah Putih di provinsi Banten dengan seorang temannya bernama Syamsudin, sebagai pembalasan atas perlakuan terhadap etnis Uygurs di Cina.
Syamsudin, seorang tukang las profesional, telah bekerja di sejumlah tempat di mana para pekerja Cina dipekerjakan dan mencatat bahwa mereka selalu diangkut ke dan dari tempat kerja setiap hari dengan truk pickup terbuka.
“Syamsudin dan Abu Rara berencana menikam supir truk atau melempar bom molotov ke arah para pekerja, tetapi gagasan ini tidak menghasilkan apa-apa”, kata laporan itu.
IPAC mengatakan, beberapa orang di dalam komando pusat ISIS telah menyerukan agar serangan dilakukan di Indonesia karena mereka melihat pemerintah sedang dilemahkan oleh pandemi coronavirus sehingga menjadi peluang terbaik buat kelompok itu.
“Salah satu metode serangan yang mungkin dilakukan adalah menggunakan pendukung ISIS yang sudah memiliki virus untuk mencoba dan secara sengaja menginfeksi orang-orang yang mereka anggap musuh mereka, seperti polisi,” ujarnya.
Ia meminta, lembaga penegak hukum perlu tetap waspada, baik dalam hal sel terisolasi yang dapat mengindahkan panggilan untuk menyerang dan mereka yang melihat krisis sebagai kesempatan untuk meningkatkan perekrutan.
Laporan itu juga menyoroti kemungkinan peningkatan pemberontakan di penjara yang menampung teroris, karena kekhawatiran akan infeksi menambah pembatasan kunjungan dan komunikasi.
“Pihak berwenang Indonesia mulai memperhatikan masalah virus di penjara, tetapi langkah-langkah pencegahan telah terlambat datang. Selain langkah-langkah yang sudah ada untuk memerangi Covid-19, direktorat koreksi sangat perlu mengembangkan pedoman tentang prosedur untuk menangani kerusuhan di antara narapidana atau narapidana dan staf penjara serta mengantisipasi upaya pelarian, ”kata laporan itu.