JAKARTA – Sebuah kebijakan yang tiba-tiba, membuat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membatalkan pengujian virus Corona (COVID-19) di Jalur Gaza. Menurut Jerusalem Post , Menteri Pertahanan Israel, Naftali Bennett memerintahkan pengujian di Gaza dihentikan setelah inisiatif itu ditolak persetujuan oleh pemerintah.
Jerusalem Post mencatat, proyek itu dihentikan karena adanya konflik antara IDF dan Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), yang seharusnya bersama-sama mengelola pengujian di Jalur Gaza dengan mengekspor tes ke Israel untuk diproses.
Juru bicara kementerian kesehatan Gaza, Ashraf al-Qidra, mengatakan Israel hanya mengizinkan lima alat uji yang disumbangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke Gaza, yang mana Israel mengendalikan hampir semua akses.
“Alat kesehatan (kit) tersebut memungkinkan hanya 480 warga Palestina untuk diuji dari populasi 2 juta,” katanya.
“Kami mulai melakukan pengujian segera setelah menerima kit. Kami perlu melakukan tes ini sepanjang waktu dan oleh karena itu, kami membutuhkan ribuan kit pengujian,” Ashraf menambahkan.
Salah satu media Israel, Tazpit News Agency, melaporkan perangkat medis canggih yang digunakan untuk mendeteksi Coronavirus telah dibawa dari negara Muslim yang tidak disebutkan namanya, untuk didirikan di Rumah Sakit Shifa, fasilitas medis terbesar di Gaza.
Meski demikian, tidak jelas berapa banyak tes yang dapat diproses dengan menggunakan mesin tersebut, atau apakah kompatibel dengan tes yang saat ini digunakan di Gaza.
Menurut kelompok Physicians for Human Rights-Israel , rumah sakit di Jalur Gaza hanya memiliki 70 tempat tidur unit perawatan intensif dan kekurangan ventilator serta peralatan perlindungan pribadi.
“Kami lebih peduli sekarang daripada serangan militer Israel selama 20 tahun terakhir,” kata Abdullatif al-Haj, seorang pejabat di Kementerian Kesehatan Gaza.
Sebelumnya, lebih dari 600 orang telah dikarantina dan 15 didiagnosis dengan penyakit pernapasan yang sangat menular .
“Israel akan menjadi pihak yang memikul tanggung jawab atas wabah virus di Jalur Gaza; dan karena itu harus memudahkan pengiriman bantuan untuk tiba dan dialah yang perlu mengirim alat medis ini, ”kata Khalil al-Hayya, wakil pemimpin Hamas di Gaza.
Di Israel ada hampir 15.000 COVID-19 kasus terdeteksi, termasuk 189 kematian, dan di Tepi Barat Palestina ada 335 kasus yang terdeteksi, termasuk dua kematian.