Jadikan Ramadhan dan Paskah, Momen Menabur Kasih Toleransi  

Nasional6 Dilihat

Suka cita kedua umat beragama dalam peringatan Ramadan dan Trihari Suci Paskah akan sia-sia tatkala umat masih belum bisa memenangkan diri dari nafsu, kebodohan, egoisme, dan arogansi beragama.

JAKARTA – Bulan ini terasa amat special. Di samping selama sebulan umat Islam melaksanakan ibadah puasa, umat Kristiani juga memperingati rangkaian Trihari Suci. 

Dua peristiwa ini menjadi momentum bagi kedua umat beragama dan seluruh umat pada umumnya, untuk terus memupuk cinta kasih dan toleransi sembari membuang arogansi beragama, untuk meraih kemenangan diri.
 
Hal itu dikatakan Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Jimmy Sormin, di Jakarta, Jumat (15/4).

Ia menilai, suka cita kedua umat beragama dalam peringatan Ramadan dan Trihari Suci Paskah akan sia-sia tatkala umat masih belum bisa memenangkan diri dari nafsu, kebodohan, egoisme, dan arogansi beragama.
 
“Sia-sia perayaan kerohanian ini jika kita masih membangun kebencian, mempertahankan ego, sia-sialah perayaan bulan suci kalau kita masih belum menang atas segala ego kita,” katanya.

Baca Lagi: Menteri Muhajir: yang Mau Mudik Lebaran Siapkan Bekal

Ia melanjutkan, dalam konteks kekristenan. Trihari Suci khususnya dalam momen Jumat Agung, sejatinya dimaknai sebagai momen untuk mengingat pengorbanan kristus di kayu salib untuk menebus serta menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.

“Bahwa cinta kasih dibuktikan melalui pengorbanan,” ujarnya.
 
Dijelaskannya, pengorbanan yang dilakukan Yesus sejatinya menunjukkan cinta kasihnya kepada umat yang tak bersyarat yang melampaui segala yang ada di dunia ini.

Sehingga Jimmy berpendapat, bahwasanya umat Kristen harus bisa meneladani sikap mau berkorban untuk sesama, mengampuni, meminta maaf, serta berbagi kepada yang lemah sebagai bentuk pengorbanan.
 
“Jika kita tidak mampu mengampuni orang yang bersalah dengan kita, alangkah egoisnya jika tidak bisa melepaskan segala keangkuhan dari dalam diri kita. Kalau Tuhan saja mau berbuat demikian (pengorbanan), mengapa kita tidak berupaya,” kata dia.
 
Dalam konteks perayaan kerohanian kedua umat beragama, hendaknya umat dapat memanfaatkan untuk mengintropeksi diri, serta berbenah diri menghayati bagaimana hubungan kepada sesama umat dan manusia.
 
“Di momen ini kita mengupayakan mengontrol arogansi kita, egosentrisme, mengontrol diri agar  menjadi lebih baik,” katanya.
 
Di momen ini, Jimmy menilai perlu adanya peran pemerintah dan tokoh agama untuk terus menjaga kerukunan umat serta membangun cinta kasih demi menyongsong Indonesia yang adil, aman, damai, dan berkemajuan.
 
“Disini tokoh agama harus bisa sama-sama merendahkan hati bersama pemerintah,” kata dia.

Ia juga berharap, segenap umat beragama untuk bersama membangun tatanan kehidupan yang berkeadaban, sebagaimana peristiwa Ramadhan dan Paskah mengajarkan menjadi pribadi yang lebih baik.

“Marilah kita mengambil momentum ini untuk saling membangun, berbagi, berkolaborasi, menyumbangkan, mengkontribusikan energi positif kita untuk kemaslahatan, karena ketika kita bisa hidup rukun dan damai maka pasti kesejahteraan, kemajuan bangsa akan mungkin bagi kita,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar