Jalani New Normal di Tengah Covid-19, Semangat Puasa dan Idul Fitri Tetap Dijaga

Nasional8 Dilihat

JAKARTA – Semangat puasa dan Idul Fitri berupa sabar, menahan hawa nafsu, solidaritas, kepedulian, kebersamaan serta menaati himbauan pemerintah, harus terus dijaga saat diberlakukan new normal atau hidup baru saat pandemi virus COVID-19 yang hingga kini masih belum berakhir. Dengan semangat itulah, bangsa Indonesia diyakini mampu melewati cobaan pandemi, terutama untuk kembali menjadi bangsa yang bersatu, kuat, dan maju.

Demikian diungkapkan anggota Komisi IX DPR RI, Anggia Ermarini di Jakarta, Kamis (28/5/2020).

“Solidaritas dan kesalehan sosial harus ditingkatkan dalam menghadapi pandemi. Lalu secara hablum minnallah satu bulan sebelumnya telah bermunajat, beristighfar serta memaksimalkan ibadah ritual untuk menyambut hari kemenangan. Ini harus terus dijaga dalam menjalani kehidupan new normal,” ujarnya.

Ia meyakini umat Islam dapat mengelola kesalehan dan solidaritas sosialnya dengan baik. Sehingga setelah Ramadan dan Idul Fitri bisa kembali menjadi insan yang lebih baik lagi.

Apalagi sejauh ini pemerintah telah memberikan arahan dan anjuran yang tepat untuk mencegah penyebaran COVID-19, yakni tinggal di rumah, bekerja di rumah, dan bekerja di rumah.

“Dengan melakukan ibadah di rumah, merupakan salah satu cara menjaga jiwa kita sendiri,” katanya.

Oleh sebab itu, bila masyarakat tidak mematuhi aturan tersebut dan keluar rumah, potensi tertular ataupun menularkan kepada orang lain dan keluarga sangat besar.

“Jadi lebih kepada kita kembali kepada tujuan syariah, menjaga jiwa.  Karena itu lebih baik tetap di rumah saja. Lalu memaksimalkan apa yang bisa dilakukan dalam ibadah,” kata dia.

Terkait rencana penerapan new normal, menurut Anggia, sudah terjadi hampir di seluruh negara yang kini terdampak COVID-19.Bahkan kini tengah berjuang untuk keluar dari jurang krisis tersebut.

“Seperti yang dikatakan presiden, berdamai dengan corona, sedangkan bahasa saya sendiri adalah beradaptasi dengan corona. Kita bisa beraktivitas seperti sedia kala, tapi tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan,” ujar dia.

“New normal dapat menjadi pilihan tetapi juga harus dibarengi dengan edukasi dan sosialisasi dari pemerintah juga harus dibarengi dengan kebijakan-kebijakan yang konsisten,” Anggi menambahkan.

Ia menjelaskan, DPR bersama pemerintah telah bergerak. Dimana legislatif di wilayah  Daerah Pemilihan (Dapil) masing-masing dengan memberikan sosialisasi dan himbauan.

“Terkait protokol kesehatan COVID-19, kami di DPR juga memberlakukan rapat virtual meskipun terkadang memang pembahasannya lebih enak dilakukan dengan tatap muka langsung,” kata dia.

Di lingkungan pesantren, lanjut Anggi, penerapan new normal menjadi tantangan tersendiri. Sebab pesantren merupakan tempat orang terkonsentrasi. Meski begitu, jika mau melaksanakan protokol kesehatan di pesantren harus dilakukan dengan sangat jeli dan perlu banyak hal yang harus diperhatikan.

“Ekonomi boleh berjalan kembali, pekerja boleh beraktifitas lagi tapi tetap harus mematuhi protokol kesehaan untuk mencegah penularan. Karena kita tidak mau pesantren menjadi kluster baru penyebaran COVID-19,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *