Kapal Ikan Asing Makin 'Nakal' Pasca Susi Pudjiastuti Tak Lagi Jabat Menteri

Nasional9 Dilihat

JAKARTA – Saat Susi Pudjiastuti menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, maka slogan ‘tenggelamkan’ menjadi penegasan terhadap kapal-kapal asing yang hendak mencuri sumber daya laut milik Indonesia.

Susi bahkan tak segan-segan menghancurkan kapal asing yang tertangkap mengambil ikan di laut Indonesia. Karena itu, membuat sebagian kapal asing berpikir kembali, jika hendak memasuki wilayah perairan Indonesia.

Akan tetapi hal tersebut berubah, setelah Susi Pudjiastuti tak lagi menjadi orang nomor satu di kementerian itu. Baru-baru ini, beredar video di media sosial, yang memperlihatkan kapal-kapal ikan asing di perairan Natuna.

Ketua Nelayan Lubuk Lumbang, Kabupaten Natuna, Herman, menjelaskan, berdasarkan data Automatic Identification System (AIS) pada 28 Desember 2019, kapal coast guard Cina yang mengawal kapal ikan asing berada sekitar 3.8 Nautical Miles dari Garis Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia-Malaysia.

“Coast guard Cina ikut mengawal, ngusir nelayan anggota saya. Padahal nelayan saya dikasih peta TNI AL, berdasarkan peta itu masih di laut kita,” ujarnya ditulis Kumparan, Senin (30/12/2019).

Herman mengatakan, dari pantauan kelompok nelayan, rata-rata kapal ikan asing yang masuk ke Natuna berukuran di atas 30 Gross Ton (GT) dan menggunakan pukat harimau (trawl).

Tak hanya itu, kapal-kapal asing memiliki ‘kapal induk’ yang bersiaga di perbatasan. Sehingga bila ada hasil tangkapan maka dipindahkan ke kapal induk. Kemudian, kembali masuk ke perairan Natuna mengambil hasil laut Indonesia.

“Selain dari China, banyak juga kapal ikan asing dari Vietnam,” katanya.

Menurut Herman, setelah seminggu Susi Pudjiastuti tak lagi menjadi menteri, kapal-kapal asing itu mulai memasuki wilayah Indonesia. Bahkan kapal coast guard Cina turut mengawal kapal-kapal ikan dari negaranya yang mencuri di perairan Indonesia.

“Selang satu minggu sejak pergantian menteri, info dari anggota kami langsung banyak kapal asing,” kata  dia.

Pada 26 Oktober 2019, lanjut Herman, anggota kelompoknya sempat diusir kapal coast guard China, padahal tengah berada di wilayah Indonesia. “Sebulan kemudian makin ramai. Mereka (nelayan lokal) dikejar coast guard China,” ujar dia.

Soal kejadian itu, pihaknya telah melaporkan ke aparat keamanan, mulai ke Perwira Tinggi di Natuna hingga Jakarta. Bahkan dari laporan para petinggi, Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) telah ada berpatroli di Natuna.

“Sudah dilaporkan ke perwira tinggi di Natuna, termasuk di Jakarta. Katanya sudah ada KRI yang patroli di Natuna. Tapi kok masih banyak kapal ikan asing bebas lewat di laut kita?,” katanya.

Ia juga berharap pemerintah secepat mungkin mengambil tindakan mengusir kapal-kapal ikan asing yang menjarah kekayaan Laut Natuna.

“KRI harus standby di perbatasan. Kok kapal asing bebas lewat di laut kita? Kok didiamkan,” Herman menambahkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *