PALU – Salah satu kegiatan lunak yang dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tengah (Sulteng) terhadap penyebaran intoleransi, radikalisme dan terorisme, yakni pengembangan dan pelestarian kearifan lokal di masing-masing daerah.
Demikian dikatakan Ketua FKPT Sulteng, Muh. Nur Sangadji, pada gelaran Festival Asik Bang 2023 di Kota Palu, Jumat (21/7/2023).
“Salah satu komponen kearifan lokal tersebut ialah seni dan budaya,” ujarnya.
Menurut dia, para pegiat seni dan musik dapat mengemas budaya dan kearifan lokal sesuai kapasitasnya, untuk mencegah radikalisme.
“Maka BNPT dan FKPT mengembangkan talenta para pemuda, para pegiat seni dan musik untuk bersama-sama mencegah radikalisme melalui musik,” kata dia.
Kepala Sub Koordinator Perlindungan Kepentingan Nasional di Luar Negeri BNPT RI, Nandya Fajar Aditya, menjelaskan kalangan pemuda sebagai salah satu komponen masyarakat harus memiliki kesadaran yang tinggi terhadap bahaya ekstremisme dan terorisme.
Berdasarkan data BPS tahun 2021 kelompok pemuda usia 19-24 tahun, hampir seperempat dari total penduduk Indonesia yaitu sekitar 23,90 persen atau 64,92 juta.
Menurut BNPT, kelompok pemuda cenderung menjadi salah satu komponen sasaran penyebaran faham intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Hal ini dibuktikan dengan banyak kasus aksi terorisme yang melibatkan komponen pemuda baik sebagai eksekutor lapangan maupun simpatisan.
Sementara, We Project Band yang meraih nominasi satu festival musik bertajuk “Aksi Musik Anak Bangsa (Asik Bang) Sulawesi Tengah, sekaligus menjadi perwakilan provinsi ke tingkat nasional, sangat mendukung upaya BNPT RI bersama FKPT Sulteng untuk melakukan pencegahan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
“Tentu We Project Band siap mendukung upaya pencegahan radikalisme lewat penyebaran pesan-pesan humanis dan toleransi melalui musik,” kata Personel We Project Band, Lasjan Iswandi.
Lasjan mengaku siap menebarkan pesan-pesan kedamaian, untuk menumbuhkan optimisme pemuda dalam merawat kemajemukan dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut dia, musik telah menjadi gaya hidup manusia. Dengan demikian, manusia termasuk komponen pemuda tidak dapat dipisahkan dengan musik.
“Oleh karena itu, pendekatan pencegahan intoleransi dan radikalisme melalui musik, menjadi langkah tepat yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda,” katanya.