JAKARTA – Kelompok radikalis dan intoleransi tak pernah henti melakukan aksinya, karena itu menjelang perayaan natal dan tahun baru, bisa saja dimanfaatkan untuk melakukan aksi teror.
“Mereka melaksanakan aksi bertujuan untuk menggetarkan lawan, menunjukan eksistensi keberadaan bahwa mereka ada disekitar masyarakat,” ujar Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (17/12/2019).
Oleh karena itu, Ken berharap aparat keamanan atau pihak terkait dapat mengantisipasi serangan terorisme, terutama pengamanan di tempat-tempat umum, seperti rumah ibadah dan pusat perbelanjaan.
Selain itu, kilang minyak pertamina juga perlu penjagaan ketat. Hal itu dikarenakan banyaknya kelompok radikalis yang sakit hati terhadap eks Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang dianggap menistakan agama, namun mendapat jabatan penting di perusahaan plat merah tersebut.
“Bila salah satu kilang minyak pertamina di ledakan, maka ekonomi nasional bisa jadi lumpuh. Sebab recoverynya akan memakan waktu yang lama,” katanya.
Menurut Ken, saat ini kelompok intoleran dan terorisme sedang galau, karena dianggap pemerintah zalim terhadap mereka. Karenanya aparat jangan sampai kecolongan, bila perlu segera lakukan penangkapan terhadap orang-orang yang sudah terindikasi masuk pada jejaring kelompok tersebut.
“Sel-sel tidur terorisme masih ada dan cukup membahayakan,” kata dia.
“Jadi mereka seperti putus asa dan mereka tetap dengan segala upaya akan melakukan usaha pembentukan opini sebagai langkah eksistensi mereka. Salah satunya aksi teror,” Ken menambahkan.
Aksi teror kini tidak perlu komando, sebab radikalis bisa belajar lewat media sosial. Bahkan asupan pemahaman negatif tersebut bisa di dapat dimana saja. “Jadi tidak perlu ketemu langsung dengan guru yang memberi materi jihad,” ujar dia.
Hal tersebut perlu dikhawatirkan, lanjut Ken, sebab bisa saja lepas dari pantauan aparat dan pihak terkait. Sebab mereka yang memiliki ketrampilan dan keberanian, dapat melakukan aksi teror kapanpun dan dimanapun mereka inginkan.
“Putus asa dan jihad kelompok radikal itu beda tipis, apalagi di iming-imingi bidadari dan surga tanpa hisab bersama keluarga ketika melakukan aksi bom bunuh diri, ini perlu diwaspadai,” katanya.