JAKARTA – Mantan napi terorisme (napiter), Abu Bakar Ba’asyir masih meyakini ideologi radikalisme. Hal itu terungkap setelah tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menjalin komunikasi dengan Abu Bakar Ba’asyir beberapa waktu lalu.
“Pak Abu Bakar Ba’asyir kalau kami lihat, kami berbicara, tim kita berkomunikasi dengan beliau, beliau masih yakin dengan apa yang diyakininya,” ujar Kepala BNPT, Komjen Lol Boy Rafli Amar, dalam rapat kerja bersama Komisi III DPR di Jakarta, Senin (13/2/2023).
Ditemui usai rapat, Boy menjelaskan, Ba’asyir telah bergabung di kalangan masyarakat, yakni di Jawa Tengah, usai menjalani masa hukumannya di Gunung Sindur.
Ia mengatakan, program komunikasi yang pihaknya jalin merupakan langkah mitigasi agar Ba’asyir tidak menyampaikan narasi-narasi yang dapat membawa orang lain berpotensi melanggar hukum.
“Kita kan harus menyelamatkan yang lain agar jangan menjadi individu yang kemudian karena mendengar narasi-narasi dari beliau, kemudian akhirnya berpotensi melanggar hukum. Makanya kita mencoba tetap berkomunikasi dengan beliau dan unsur-unsur pemerintah daerah kita sama jaga,” katanya.
“Yang terpenting tidak ada narasi-narasi yang mengarah radikalisasi kembali dilakukan di tengah-tengah masyarakat,” lanjutnya.
Boy mengakui, Ba’asyir merupakan senior di kalangan yang pernah berkaitan dengan hukum. Oleh karena itu, Ba’asyir masih memiliki pengaruh dan cara berpikir yang cukup kuat terhadap orang-orang yang mendengar.
“Apalagi kalau yang mendengar itu adalah anak-anak muda yang memahaminya belum cukup terhadap nilai-nilai dalam sebuah agama. Jadi yang penting adalah tidak melakukan hal-hal yang sifatnya propaganda,” kata Boy.
Menurut data BNPT, setidak-tidaknya sekitar 80 persen eks narapidana terorisme masih bersikukuh dengan pendiriannya atau ideologinya. Hal itu menjadi tantangan BNPT yang dihadapi di masa depan.
Sebelumnya, Abu Bakar Ba’asyir mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Hal itu terungkap usai video viral yang menampilkan Ba’asyir sedang memberikan ceramah beredar di media sosial mengucapkan hal demikian. Menurutnya, dasar dari Pancasila adalah tauhid atau ketuhanan seperti tertuang dalam sila pertama.
“Indonesia berdasar Pancasila kenapa disetujui ulama? Karena dasarnya tauhid, Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata Ba’asyir.
Ba’asyir mengakui, pemahaman Pancasila merupakan hal baru baginya. Sebab dulu Ba’asyir menganggap Pancasila sebagai sesuatu yang syirik.
Lebih jauh, Ba’asyir menyebut para ulama pada dasarnya memiliki niat ikhlas. Termasuk dalam memikirkan dasar negara Pancasila.
“Ini juga pengertian saya terakhir, dulu-dulunya saya bilang Pancasila itu syirik, tapi setelah saya pelajari berikutnya, ndak mungkin ulama menyetujui dasar negara syirik itu ndak mungkin,” katanya.