PANDEGLANG – Media sosial masih banyak dimanfaatkan kelompok radikal intoleran untuk menyebarkan konten-konten yang berbau kekerasan, radikalisme, dan SARA, hingga menimbulkan perpecahan di masyarakat.
Karena itu, upaya menyuarakan perdamaian harus terus digencarkan di lingkungan masyarakat. Salah satunya melalui organisasi kemasyarakatan (ormas), seperti ormas terbesar di Banten, Mathlaul Anwar.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, meminta keluarga besar Mathlaul Anwar untuk membekali para generasi muda dan masyarakat sekitar menggunakan media sosial.
“Agar dapat ilmu bermanfaat bukan dapat keburukannya. Jangan sampai anak muda terpapar paham intoleransi, radikalisme dan terorisme yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa,” ujarnya saat melakukan Silaturahmi Kebangsaan dengan Keluarga Besar Mathlaul Anwar di Perguruan Mathlaul Anwar Pusat Menes, Pandeglang, Banten, Kamis (11/8).
Aksi terorisme, radikalisme, dan intoleransi bisa merusak bangsa, meruntuhkan ekonomi, hingga menimbulkan chaos di masyarakat.
Baca Lagi: Kepala BNPT: Semangat Merawat Ke-Indonesia Perlu Terus Dipupuk
Salah satu contoh bentuk aksi terorisme adalah, kejahatan di Papua yang membuat masyarakat merasa terancam, karena banyaknya kasus pembunuhan dan meneror masyarakat .
Selain itu, dirinya juga memastikan bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apapun. Sebab hanyalah persepsi oknum umat bergama saja.
Ia menegaskan, terorisme bukan ajaran Islam. Karenanya, jangan sampai masyarakat terbawa pemahaman bahwa terorisme adalah perjuangan Islam.
“Tidak ada kaitannya semua terorisme dengan agama. Itu hanya salah persepsi oknum umat beragama. Mereka yang mendesain ini senang sekali jika terorisme dianggap merupakan bagian dari perjuangan Islam,” katanya.
Ulama-ulama besar di Indonesia, merupakan ulama pejuang dengan prinsip cinta kepada negara. Perjuangan para tokoh ulama sesuai tujuan bernegara.
Olehnya itu, sangat penting keluarga besar Mathlaul Anwar diajak serta dalam menyuarakan perdamaian di media sosial sebagai upaya kut membantu merawat nilai-nilai persatuan dan kesatuan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apalagi Mathlaul Anwar yang berdiri sejak tahun 1916 dan telah berusia 109 tahun pada bulan Agustus 2022, telah memiliki lembaga pendidikan berbasis keislaman sebanyak 900 lebih madrasah di Banten dan di 34 provinsi lainnya.
“Ini akan ikut menyelamatkan masyarakat Indonesia dari pengaruh paham radikalisme, terorisme, dan intoleransi,” kata Boy.
Dalam kesempatan tersebut Boy juga menjelaskan, pihaknya bersama Indonesia Power di Labuan, Pandeglang menjalankan program Deradikalisasi Berbasis Kesejahteraan.
“Kami berharap dengan adanya kerjasama dengan Indonesia Power ini, kedepannya tidak ada lagi anak bangsa yang terjebak dalam paham radikalisme, terorisme, dan terprovokasi oleh virus intoleransi,” ujarnya.
Indonesia Power melalui Pesantren Mathlaul Anwar bekerjasama dalam memberdayakan eks napi terorisme (napiter) untuk mengolah limbah Flay As Bottom As (FABA) menjadi pupuk organik.
Hasilnya, kebun kopi seluas 50 hektar yang dikelola eks napiter telah memanfaakan pupuk organik tersebut dengan hasil yang sangat baik.
Mathlaul Anwar Komitmen Lawan Radikalisme
Ketua Umum Pengurus Besar Mathlaul Anwar, Embay Mulya Syarief, mengatakan komitmennya bahwa Mathlaul Anwar sebagai organisasi masyarakat berbasis Islam yang fokus dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial akan terus melawan radikalisme, terorisme, dan intoleransi.
“Di usianya yang ke- 109 tahun ini Mathlaul Anwar akan terus berada di tengah-tengah masyarakat untuk terus berkontribusi dalam dakwah dan pendidikan dengan terus merawat nilai-nilai persatuan dan kesatuan masyarakat bangsa,” ujarnya.
Pihaknya selama ini telah memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat secara terus menerus, agar jangan sampai tertipu oleh narasi-narasi yang menyerang pemerintah dan mengadu domba masyarakat.
Direktur Utama Indonesia Power, M. Ahsin Sidqi, menjelaskan pihaknya terbuka untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk BNPT untuk memberdayakan eks napiter. Salah satunya yaitu pemanfaatan lahan dan pengolahan limbah FABA menjadi pupuk.
“Indonesia Power hadir di masyarakat melalui program CSR/TJSL. Kami sering meminta masukan ke tokoh ulama untuk sosial mapping terkait apa yang diinginkan masyarakat dan problemnya,” kata dia.
“Kalau boleh, eks napiter akan kita jadikan contoh, kalau berhasil akan direplikasi di wilayah lain. Kami akan masuk setelah ada persetujuan dari BNPT,” katanya.
1 komentar