JAKARTA – Generasi muda adalah aset masa depan bangsa. Karena itu, harus terus dipupuk jiwa dan semangat kebangsaan agar tidak menjadi generasi diorientasi bangsa di tengah ancaman ideologi radikal terorisme.
Olehnya itu, para tokoh masyarakat, tokoh agama, termasuk aparat desa di Indonesia harus memperkuat sinergi dalam melakukan deteksi dini terhadap penyebaran ideologi radikal terorisme.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, pada kegiatan Silaturahmi & Dialog Kebangsaan Dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Graha Pancasila, Komplek Kantor Walikota Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (14/7).
“Kita harus jaga semangat kebangsaan generasi muda agar tidak menjadi generasi disorientasi kebangsaan. Kita khawatir kalau dibiarkan nanti generasi mendatang kurang memahami bangsanya sendiri,” ujar dia.
Dialog kebangsaan tersebut, kata Boy, sebagai silaturahmi antara BNPT dan tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan perempuan. Sehingga menjadi sarana untuk berbagi terhadap hal-hal yang perlu diwaspadai oleh masyarakat, terutama penyebarluasan ideologi terorisme yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia.
Diharapkan dengan kegiatan itu, para peserta lebih memahami ciri-ciri ideologi terorisme antara lain anti terhadap konstitusi, bersifat eksklusifisme, intoleran radikal, anti nilai-nilai kemanusiaan, dan kecendurungan menghalalkan kekerasan.
Baca Lagi: Kepala BNPT: Bentuk Karakter Melalui Pendidikan Agama
Boy menjelaskan, prioritas utama tugas BNPT adalah membangun semangat mitigasi terhadap aksi terorisme yang diawali sikap intoleransi dan radikalisme.
“Ini bisa diminimalisasir, bahkan kalau perlu ditiadakan dari bumi NKRI,” katanya.
Perlu Kolaborasi Semua Pihak Cegah Radikal Terorisme
Untuk melakukan program-program seperti itu, lanjut Boy Rafli, memerlukan sebuah kebersamaan. Olehnya itu, bukan hanya tugas satu institusi saja, tetapi kerja sama semua pihak yang memerlukan sinergitas, kolaborasi, pendekatan komprehensif, sehingga membangun kesadaran yang bersifat kolektif.
“Inilah yang kita jadikan setiap dialog kebangsaan dan silaturahmi terhadap selruh unsur pemuka agama, masyarakat, dan unsur pemerintahan di Indonesia,” ujar dia.
Menurutnya, ideologi terorisme tidak mengenal etnis, agama, usia, dan profesi. Mereka melakukan penyebarluasan ideologi terorisme biasanya mempengaruhi kalangan masyarakat usia muda.
BNPT dan seluruh masyarakat perlu menyiapkan agar generasi muda Indonesia tidak semakin terbawa, terlena, tidak sadar, dan bagian dari kegiatan yang mereka (kelompok radikal terorisme) rencanakan.
“Diawali dengan narasi-narasi yang awalnya mengundang simpati, akhirnya menghalalkan kekerasan untuk mencapai tujuan. Itu yang menjadi ciri khas ideologi terorisme,” kata dia.
Ia memberi contoh tokoh teroris Dr Azahari yang ditembak mati oleh aparat kepolisian di Kota Batu, 9 November 2005 silam. Dimana Azhari memanfaatkan generasi terpelajar dan meracuni dengan ideologi terorisme.
Ia berharap, silaturahmi dan dialog kebangsaan tidak berhenti di kegiatan itu. Karenanya mengajak para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para apartur desa bisa menyampaikan ke masyarakat, lingkungan, dan keluarga.
Wawalikota Batu Klaim Lakukan Pencegahan Radikalisme
Sementara Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso, mengatakan pihaknya telah melaksanakan pencegahan radikalisme secara dini, dengan berbagai forum masyarakat, pusat pendidikan, penguatan wawasan kebangsaan sebagai upaya untuk penanganan sosial radikalisme.
Namun, ia mengakui pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, sehingga perlu sinergi tiga pilar plus yaitu Babinsa, Babinkhabtimas, dan seluruh elemen masyarakat.
“Kolaborasi dan sinergitas sangat diperlukan untuk menghadapi ancaman dan tantangan, agar bangsa Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan negara lain,” katanya.
Selain itu, lanjut Punjul, vaksinasi ideologi sangat dibutuhkan untuk melawan potensi pecah belah bangsa. Caranya dengan meningkatkan wawasan kebangsaan sehingga masyarakat bisa memiliki rasa bela negara dan cinta tanah air.
4 komentar