MEDAN – Perguruan tinggi dengan para akademisinya, harusnya aktif menyuarakan kewaspadaan penyebaran paham radikal intoleran serta memberikan pembelajaran literasi digital kepada mahasiswa dan generasi di lingkungan kampus dan masyarakat.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, pada Silaturahmi Kebangsaan BNPT RI Dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dan Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) di Medan, Selasa (1/12/2020).
“Ini penting sebagai upaya untuk melindungi mahasiswa dan generasi muda dari penyebaran paham radikal intoleran,” katanya.
Kampus sebagai pusat pembelajaran generasi muda, adalah salah satu tempat paling diincar kelompok radikal intoleran untuk menyebarkan ideologinya. Karena itu, pihaknya dengan segala sumber daya yang ada, berkeyakinan dan optimis unsur pendidik di kampus tersebut dapat ikut serta menyelamatkan generasi muda di wilayah itu.
Ia menambahkan, sebagai center of exellent diSumut, UMSU bisa memberikan pembelajaran penguatan Islam washatiyah, senantiasa dakwah untuk membangun Ukhuwah Islamiyah serta Ukhuwah Wathoniyah juga Ukhuwah Bashariah.
Hal itu, lanjut Boy, sangat membantu dalam menyelamatkan generasi muda dan masyarakat, apalagi UMSU memiliki peserta didik sekitar 22 ribu mahasiswa juga keluarga para mahasiswa tersebut.
Dalam catatan sejarah, kata Boy, pelaku bom bunuh diri umumnya para remaja berusia antara 18-23 tahun. Mereka dipakai para ‘mentor-mentor’ yang bertugas membimbing (cuci otak) dan memberikan target tertentu kepada pihak yang dianggap sebagai musuh.
“Siapa yang dianggap sebagai musuh? Mereka-mereka yang dianggap menghambat aktivitas dan niat kelomok radikal intoleran itu mendirikan negara Islam,” ujar dia.
“Mereka anggap NKRI karena dasarnya konstitusi UUD 45 dianggap tidak sejalan dengan misi mereka, jadi aparat pemerintah termasuk jadi target. Masyarakat ditargetkan untuk menunjukkan bahwa mereka eksis. Kita tahu kekerasan ini sifatnya anti kemanusiaan dan dilakukan dengan cara tidak beradab,” Boy menambahkan.
Boy juga mengingatkan tentang pentingnya peningkatan kualitas kesadaran masyarakat di dunia maya. Faktanya, sampai hari ini pengguna internet sudah sekitar 196 juta. Bahkan tua dan muda aktif ‘bermain’ media sosial (medsos).
“Anak muda kita hari ini sangat mengkhawatirkan karena penyebar luasan paham radikal intoleran itu sangat efektif dilakukan di dunia maya,” katanya.
Karena itu, dalam rangka kontra radikalisasi, BNPT juga telah membangun jejaring kerja seperti Pusat Media Damai (PMD) dan duta damai dunia maya untuk membangun literasi masyarakat dan generasi muda, dengan menyuarakan perdamaian dan persatuan melalui konten dan narasi damai.
Selain itu, ada juga program bapak dan perempuan agen perdamaian. Hal tersebut membuat kerukunan di media sosial, antara masyarakat terutama generasi muda bisa terhindar dari segala potensi radikal intoleran.
“Radikal intoleran ini, satu langkah lagi bisa jadi pelaku terorisme. Kalau mereka terjerat, apalagi sampai masuk kelompok paham takfiri, mereka kemudian bisa melakukan penyerangan secara destruktif merenggut nyawa masyarakat,” ujarnya.
Karena itu, silaturahmi kebangsaan dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dan Civitas Akademika UMSU diharapkan memperkuat sinergi dalam melawan penyebaran paham radikal inteloran.
Sementara, Rektor UMSU, Agussani, memberikan apresiasi tinggi dengan kehadiran Kepala BNPT. Hal itu menunjukkan kampus tersebut ikut berperan lebih jauh untuk mencegah radikalisme di kampus.
“Program pencegahan paham radikal terorisme ini sudah menjadi bagian yang kita sisipkan dan kita tekankan, baik itu dalam pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, maupun terkait Al-Islam dan Kemuhammadiyahan,” katanya.
Ke depan, masalah-masalah yang disampaikan Boy Rafli akan dijadikan bahan kajian dalam mata kuliah terkait terorisme. Selain itu, akan menyusun buku saku pegangan mahasiswa.
“Buku saku itu nanti akan bisa memberikan sumbangsih bagaimana generasi muda kita ke depan agar tidak lagi disusupi paham radikal dan bisa fokus menjalankan proses pembangunan yang bermartabat pada masa akan datang,” kata Agussani.