PRIGEN – Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri tergolong masih kecil. Namun keberadaan anak-anak muda yang bertugas menyebarkan konten-konten perdamaian, persatuan, kebangsaan, memiliki dampak sangat besar dalam melawan penyebaran intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel, saat menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri ke-VII di Hotel Royal Senyiur, Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (10/10/2023).
“Terima kasih atas usaha untuk menggelorakan konten-konten anti kekerasan, konten perdamaian untuk membangun Indonesia Harmoni dan untuk tetap menjaga keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan ini memang kecil tapil dampaknya besar sekali,” ujarnya.
Rycko juga mengajak para Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri untuk terus meningkatkan kualitas pemahaman terkait terorisme.
Menurutnya, terorisme adalah ideologi yang dibawa untuk tujuan politik bukan agama. Pasalnya, tak satu pun agama yang mengajarkan kebencian, kekerasan, kebohongan, mengolok-olok pemimpin dan bangsa sendiri.
Ia menegaskan, tidak ada agama di atas bumi membolehkan cara-cara yang diperjuangkan kelompok teroris. Mereka menggunakan simbol agama Islam, menggunakan atribut dan jubah agama, dan memanipulasi agama untuk mencapai tujuannya.
“Kita yang Islam pasti marah. Kenapa? Karena kesucian dan atribut Islam digunkan sebagai alat kepentingan politik untuk mendapatk kekuasan,” kata dia.
Ia menambahkan, sel-sel teroris global seperti Al-Qaeda menjunjung paham salafi jihadis, sedangkan ISIS takfiri. Keduanya sama-sama berebut untuk mendapakatkan agama, merebut kekuasaan. Caranya dengan kekerasan seperti membunuh, memperkosa perempuan, menghancurkan apa saja yang dinilai menghalangi niat mereka.
Oleh karena itu, teroris menggunakan atribut agama untuk mengajarkan kebencian, kebohongan saat merekrut anak muda dan menebarkan sel-sel terorisme dalam membangun kekuatan. Tentu harus diwasapadai dan diketahui oleh para generasi muda, terutama para Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri.
“Hati-hati dengan ideologi ini. Mereka berasal dari bibit intoleran, tidak bisa menerima perbedaan, meningkat naik kelas mulai memaksakan kebenaran, merasa paling benar sendiri, orang lain salah. Yang salah dipaksa dengan ancaman kekarasan, dikafirkan, meski itu orang tua. Naik kelas mereka merasa paling benar, mengkafirkan orang, intoleran, jadi radikal. Orang-orang direkrut untuk menebar kekarasan dan rasa takut dengan menjadi teroris,” ujar dia.
Rycko memaparkan ideologi terorisme jelas tidak bisa diterima masyarakat dunia. Karena terorisme tidak sesuai dengan peri kemanusiaan yang beradab dan penuh cinta kasih.
Kemudian, terorisme juga tidak menghormati kemanusian, dan mengajarkan kekerasan, menghancurkan peradaban manusia. Di sisi lain, semua agama mengajarkan kasih sayang dan cinta kasih yang jelas bertolak belakang dengan terorisme.
“Ideologi teroris tidak bisa menerima perbedaan dan kebangsaan. Ideologi ini bahkan tidak hanya menghancurkan peradaban, lebih dari itu merobek-robek rasa kebangsaan,” katanya.
Karenanya, peran Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri dalam menjaga kedamaian dan keutuhan bangsa Indonesia.
“Anda adalah pemuda pemudi terpilih. Kalian lebih ngerti dari saya. Kalian generasi z dan milenial, kalian lebih tahu cara berkomunikasi pakai gagdet, media sosial. Kita hanya titip terus gelorakan konten kebangsaan dan kedamaian baik secara online maupun offline,” harap Kepala BNPT.
Ia mengungkapkan, pada semester pertama 2023, ada 90 peneliti berkumpul dan mengeluarkan hasil penelitiannya yang membuat BNPT surprise. Serangan terorisme sejak 2018 turun. Posisi Indonesia dalam global terorisme indeks bagus.
Namun sel-sel terorisme masih terus melakukan konsolidasi dan mengubah pola. Mereka tidak lagi menggunakan open attach tapi menggunakan soft approach.
“Mereka bergerak dalam ruang gelap terstruktur dan sistematis dalam melakukan proses radikalisasi,” ujar Rycko.
Untuk itu, Rycko mengingatkan perlunya kewaspadaan bersama terkait masih adanya fenomena radikalisasi online yang membuka jalan untuk aksi “lone wolf“. Pola ini kerap kali menyasar remaja, anak dan perempuan.
“Berdasarkan hasil penelitian I-Khub Outlook BNPT 2023, menunjukkan bahwa tiga kelompok rentan yaitu remaja, anak dan perempuan, menjadi sasaran utama pola ini. Ini kita harus waspadai bersama,” katanya.
Menurutnya ini menjadi tantangan bersama, terutama peningkatan proses radikalisasi di kalangan anak SMA. Ia mengungkapkan, ini terjadi akibat terjadinya lack of knowledge.
Pertama tentang sejarah Indonesia dar jaman sebelum kemerdekaan sampai sekarang. Nilai-nilai sejarah itulah yang perlu terus diberikan kepada anak-anak untuk meningkatkan nasionalisme mereka.
Kedua, pelajaran tentang wawasan kebangsaan. Bagaimana menumbukan rasa kebangsaan dan kesadaran bahwa bangsa Indonesia berbeda-beda tetapi harus tetap kukuh dalam wadah persatuan.
Untuk itu, generasi muda harus terus menguatkan pemahaman rasa kebangsaan untuk membanguna Indonesia harmoni, memperkuat satu sama lain, saling tolong menolong.
Ia menilai, kalau rasa kebangasaan kuat, apapun ideologi yang masuk, ISIS, Alqaeda, narkoba, dan lain-lain tentu tidak akan mempan. Untuk itu, ia mengajak generasi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan pengetahuan kita.
“Abai atau lengah masalah ini, sama saja kita mewariskan bom waktu kehancuran bangsa Indonesia. Masih ada anak cucu kita yang harus kita selamatkan,” katanya.
Kepala BNPT RI mengajak para Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri untuk meneladani ucapan aktivis perdamaian asal Pakistan, Malala Yousapzai “with guns you can kill terrorists, with education you can kill terrorism”
“Selamat beramal, selamat bertugas, mudah-mudahan anak-anakku sekalian tetap konsisten dan tetap cinta negeri. Semoga tuhan menjaga bangsa Indonesia,” ujar dia.