JAKARTA – Gelaran Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 bertepatan Hari Toleransi Dunia yang berlangsung aman dan kondusif, secara tidak langsung membuktikan bahwa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara maju lainnya. Khususnya dalam hal keseriusan dan komitmen menciptakan situasi aman dan nyaman bagi para pemimpin dunia.
Demikian dikatakan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, di Jakarta, Sabtu (19/11/2022).
Kesuksesan tersebut, ia menilai tidak lepas dari dukungan dan kesadaran masyarakat yang semakin hari sudah mengalami peningkatan dari segi kualitas literasi digital.
Benny menyebut, masyarakat kini sudah memahami bahwa konflik dan SARA (Suku Agama, Ras dan Antar Golongan) tidak hanya merugikan bagi kepentingan nasional, tapi juga internasional.
“Masyarakat kita memiliki kesadaran, bahwa stabilitas politik sangat penting. Sehingga masyarakat semakin cerdas, tidak mudah terprovokasi, bisa memilah-milah, dan tidak mudah terbawa arus,” katanya.
Gelaran G20 yang juga bertepatan dengan Hari Toleransi Dunia, dimaknai sebagai momen untuk saling menghargai dan menghormati sebagaimana nilai persaudaraan sejati telah tertanam menjadi kultur bangsa Indonesia.
Dirinya yakin, bahwa Hari Toleransi justru menjadi titik balik guna meneguhkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini juga yang semakin menekankan bahwa tanah lahir masyarakat Indonesia sejak awal memang berbeda-beda.
“Hari Toleransi justru meneguhkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa kita mampu hidup bersama dengan rukun di tengah perbedaan. Karena tanah lahir kita ini sejak awal plural, majemuk, tidak sekuler,” ujar dia.
Tidak hanya dalam gelaran G20, Romo Benny berharap kondisi masyarakat yang kompak dalam menciptakan rasa aman dan nyaman ini, bisa dipertahankan dan dipelihara. Guna terus mewujudkan hal tersebut, sangat mutlak membutuhkan dan melibatkan seluruh pihak.
Oleh karenanya, percepatan penyebaran narasi kebangsaan pada ruang digital dan ruang publik menjadi kunci menciptakan atmosfir bagi tercipatanya kesejahteraan bangsa yang juga dipercaya mampu memperkecil ruang gerak paham tertentu.
“Jadi kita berharap momentum G20, membangun konsolodasi demokrasi dan memperkuat narasi kebangsaan,” kata dia.