Lawan Ideologi Transnasional dengan Komitmen Beragama dan Bernegara

Nasional5 Dilihat

JAKARTA – Serangan ideologi transnasional terbukti banyak menimbulkan kekisruhan di Indonesia. Banyak kelompok-kelompok yang terkontaminasi ideologi tersebut, bahkan sering membuat kegaduhan dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai norma dan budaya Indonesia, terutama kelompok yang mengatasnamakan agama guna menghalalkan tindakan-tidak terpuji mereka.

Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa, Maman Imanulhaq, mengatakan serangan kelompok pengusung ideologi transnasional tidak boleh dikesampingkan. Olehnya itu, untuk membendungnya paham negatif tersebut, bangsa Indonesia harus terus memperkuat komitmen beragama dan bernegara dalam satu nafas yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Beragama dan bernegara dalam konsep NKRI harus memiliki satu nafas, dimana orang yang memiliki komitmen keagamaan yang kuat pasti mencintai Indonesia. Sebaliknya, yang menjadi warga negara Indonesia, dia akan memiliki keyakinan agama sesuai yang diyakini,” ujarnya di Jakarta, Jumat (17/9/2021).

Menurut dia, ketika dua komitmen itu luntur, semisal komitmen keagamaan dimana seseorang menganggap dirinya paling benar dan orang lain salah, maka muncullah kelompok-kelompok yang justru ingin membuat kegaduhan. Bahkan melakukan diskriminasi serta kriminalisasi sekelompok orang lain yang berbeda.

“Padahal komitmen keagamaan mengharuskan kita untuk selalu mengasihi siapapun orang walaupun dia berbeda,” kata dia.

Begitu pula dengan komitmen kebangsaan, dimana sudah terlahir menjadi bangsa yang beragam, kemudian disatukan dalam sebuah ikatan bernama Indonesia. Dengan demikian, tidak ada orang atau kelompok yang disebut mayoritas atau minoritas.

“Tidak ada orang yang dianggap sebagai orang lain semuanya satu dengan jiwa Indonesia,” katanya.

Ia melihat saat ini ada dua kelompok yang bahaya bagi kedamaian dan keutuhan Indonesia. Pertama, kelompok transnasional dan transaksional. Dimana mencoba membawa ideologi secara mendunia tapi melupakan aspek lokal berupa kearifan lokal.

Kedua, kelompok transaksional adalah mereka yang dibayar untuk mengganggu Indonesia dan ukhuwah serta kebersamaan bangsa. Kelompok ini juga mengganggu hubungan antar umat beragama yang selama teranjut dengan baik di tengah-tengah masyarakat.

Salah satu penyebab munculnya ideologi-ideologi kekerasan dengan mengatasnamakan agama, lanjut Manan, diperparah dengan keberadaan media sosial yang sangat dahsyat ‘menghantam’ jantung-jantung kebersamaan bangsa lewat hoaks, fitnah, bully dan sebagainya.

Untuk itu, ia mengajak seluruh anak bangsa menguatkan kembali literasi keagamaan yang moderat atau moderasi agama. Menurutnya, literasi dan moderasi agama menjadi kata kunci untuk menguatkan kembali ukhuwah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *