JAKARTA – Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), melayangkan surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang peringatan G30/S/PKI – sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam pada tanggal 30 September sampai awal bulan selanjutnya (1 Oktober) tahun 1965, ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang yang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta-.
Surat tersebut ditandangani oleh eks Panglima TNI, Jenderal (purn) TNI Gatot Nurmantyo beserta Rochmat Wahab dan M Din Syamsuddin.
Dalam surat itu, KAMI meminta Jokowi untuk bertindak serius terhadap gejala, gelagat, dan fakta kebangkitan neokomunisme dan/atau PKI Gaya Baru.
Dituliskan, neokomunisme bukan lagi mitos atau fiksi, tapi nyata keberadaannya. Kelompok ini menuding anak-cucu kaum komunis telah menyelusup ke dalam lingkaran-lingkaran legislatif maupun eksekutif.
“Sebagian mereka sudah berani memutarbalikkan sejarah, dengan menyatakan bahwa PKI adalah korban, dan kalangan non PKI khususnya umat Islam sebagai pelaku pelanggaran HAM berat terhadap orang-orang PKI,” tulis KAMI, di Jakarta, Selasa (22/8/2020).
Dalam surat itu, PKI Gaya Baru menutup mata terhadap fakta sejarah, bahwa kaum komunislah yang lebih dahulu membantai para ulama dan santri, menyerang pelatihan Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), GP Ansor, dan aksi-aksi sepihak PKI terhadap para petani.
“Mereka juga ingin mengingkari fakta sejarah bahwa kaum komunislah yang membantai para Jenderal TNI,” tulis KAMI.