JAKARTA – Dari tahun ke tahun, masalah yang dihadapi oleh negeri hampir sama, yakni menguatnya polarisasi di tengah masyarakat akibat dari infilterasi toleransi, merebaknya ujaran kebencian, radikalisme, dan segala turunannya. Karena itulah, resolusi 2023 bangsa harus diarahkan untuk bersama membangun peradaban yang bebas dari infiltrasi Intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, KH Muflich Chalif Ibrahim, di Jakarta, Sabtu (7/1/2023).
Dirinya menilai meski tahun 2022 lalu sudah cukup menorehkan catatan yang baik. Namun demikian masih banyak pekerjaan rumah, terutama dalam hal mewujudkan persatuan umat dan membangun peradaban unggul yang bebas intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
“Perlu penguatan pemahaman nilai-nilai luhur yang disebut PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 45) yang mana itu adalah basis konstitusi bangsa Indonesia sebagai hukum dasar kita dan sudah disepakati secara bersama-sama,” ujarnya.
Dirinya melanjutkan, dengan penguatan dan penanaman empat konsensus nasional yang demikian dirinya yakin hal tersebut mampu menjadi percepatan dalam mewujudkan peradaban bangsa yang unggul, di era keterbukaan.
“Kalau hal itu terus kita berikan pemahaman dan kita sosialisasikan ke masyarakat, maka Insya Allah secara bertahap bangsa Indonesia akan tetap rukun. Terhindar dari segala macam bentuk provokasi hoax dan adu domba. Dan ini memperkuat jati diri bangsa bahwa kita punya nilai-nilai budaya luhur,” ujar dia.
Budaya luhur bangsa yang berisikan semangat perdamaian, kerukunan, gotong royong telah lama menjadi ciri khas bangsa ini. Di mana kemajemukan dan keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah suatu keniscayaan dan suatu modal sosial yang sangat besar bagi bangsa.
“Dan saya melihat pemerintah melalui BNPT banyak sekali agenda-agenda yang dilakukan untuk mendorong semangat wawasan kebangsaan, tentang transformasi budaya bangsa, revitalisasi nilai-nilai luhur Pancasila, termasuk moderasi beragama,” kata dia.
Oleh karenanya, Kyai Muflich menilai perlunya dialog terbuka guna menyamakan persepsi dan pemahaman bersama, bahwasanya ideologi kekerasan yang dibawa oleh kelompok radikal tidaklah sesuai dengan ajaran luhur Islam dan cita-cita kemerdekaan bangsa.
“Saya pikir itu tentunya perlu ada dialog-dialog yang terbuka. Kita berusaha terus dan tidak kenal lelah dalam menjalankan asas pertama kita itu yakni untuk mewujudkan persatuan umat dalam bangsa ini, kita punya cita-cita kemerdekaan dan punya tujuan Indonesia merdeka,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama Kyai Muflich berharap, tokoh masyarakat dan tokoh agama, sebagaimana yang upaya yang telah dilakukan oleh LPOI dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK), dalam mendorong dan mensosialisasikan program pemerintah guna menciptakan kerukunan hidup antar suku dan umat beragama.
Ia optimis bangsa ini mampu menjadi bangsa dengan peradaban yang unggul, yang saling menghormati, berprinsip pada kebersamaan serta saling menghargai.
“Mari kita bersama sama juga meniingkatkan inisiatif dan potensi masyarakat dalam membangun peradaban masyarakat agar terbebas dari virus intoleransi, radikalisme dan terorisme,” katanya menghakhiri.