SEMARANG – Tarian Bedhaoyo Makaryo Utomo yang dipersembahkan Narapidana Perempuan Indonesia pada Peringatan Hari Ibu ke-91 di Kawasan Kota Lama, Semarang, Minggu (22/12/2019), membuat para penonton terpukau.
Begitupun para tamu undangan yang berada dijajaran depan yakni istri Wakil Presiden Republik Indonesia, Wury Estu Handayani; Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhajir Effendy; Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Gusti Ayu Bintang Darmavati; Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki; dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Sri Puguh Budi Utami; dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Tarian itu berjumlah sembila personel dan merupakan kolaborasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Yogyakarta dan LPP Jakarta. Dengan melibatkan dua orang penari yang berasal dari Warga Negara Asing (WNA) asal Thailand dan Malaysia.
Narapidana wanita asal Thailand kasus Narkotika, Canya Pen Kew yang menjalani hukuman selama 13 tahun di LPP Yogyakarta, mengatakan latihan yang dijalaninya sebelum tampil cukup singkat. Meski demikian, menjadi hal tersebut sebagai tantangan.
“Saya baru tahu tarian ini. Latihan 3 minggu, dan harus tampil dengan maksimal,” ujarnya.
“Saya suka kaget. Jadi hilang fokus karena musik pengiringnya. Tapi sekarang sudah tidak lagi,” Kew menambahkan.
Ia merasa bangga, walaupun dirinya disini (red-Indonesia) tetapi bisa terpilih menampilkan tarian tersebut di depan orang-orang hebat. Khususnya perempuan –perempuan hebat.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Sri Puguh Budi Utami, menjelaskan melalui persembahan tari Bedhaya Makaryo Utomo yang dibawakan oleh narapidana perempuan Indonesia, pihaknya ingin menunjukkan, bahwa walau berada di dalam lembaga pemasyarakatan narapidana juga tetap bisa berkreasi, berkolaborasi bahkan berprestasi untuk berkontribusi positif bagi kemajuan dirinya sendiri serta bangsa dan Negara Indonesia.
“Ini persembahan dari Narapidana Perempuan Indonesia untuk peringatan hari Ibu ke-91, perempuan-perempuan hebat Indonesia. Perempuan berdaya Indonesia Maju,” ujarnya.
“Tarian ini dipersiapkan dengan sangat sungguh-sungguh dengan keuletan, kreatifitas dan cinta kasih,” Sri menambahkan.
Menurutnya, tak hanya sekadar tarian, batik Bedhaya Makaryo Utomo yang dipakai oleh narapidana perempuan saat menari juga hasil dari kerajinan batik yang dibuat oleh narapidana perempuan dari LPP Semarang.
“Kolaborasi yang sempurna, sangat kuat bahkan sangat emosional,” katanya.
Melalui kolaborasi narpidana telah membuktikan, mereka tidak berputus asa, tidak ingin hanya berdiam diri, bahkan mampu beri yang terbaik. “Mampu berdaya selama diberi tempat berkreasi maka mereka bisa berkontribusi untuk Indonesia,” ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Menko PMK, Muhajir Effendi, dalam sambutannya mengatakan kaum perempuan memiliki keistimewaan karena sebagai penentu generasi Indonesia masa depan. Karena itu, pemerintah memfokuskan pada masalah stunting yang menjadi tanggung jawab, terutama pada ibu.
“Seribu hari awal kehidupan seseorang ditentukan oleh seorang ibu. Karena stunting terjadi sejak sebelum anak dilahirkan. Di Indonesia dari setiap 10 balita terdapat 3 balita yang mengalami stunting,” katanya.
Dalam peringatan Hari Ibu ke-91 yang dipusatkan di Kota Lama, Semarang, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (DitjenPAS) juga menampilkan hasil kerajinan karya unggulan narapidana di stand pameran DitjenPAS.
Terdapat berbagai jenis kain batik, ukiran, pernak pernik memukau karya terbaik narapidana dari seluruh Indonesia, hingga berbagai macam kerajinan narapidana berkualitas eksport yang telah mendapat pengakuan positif dari beberapa pasar luar negeri yang bisa dikunjungi dan dibeli langsung oleh masyarakat.