JAKARTA – Menjelang akhir tahun, Umat Kristiani akan merayakan Hari Natal. Momen kebahagiaan banyak digunakan umat lain untuk mengekspresikan toleransi dalam bentuk saling mengucapkan, saling menjaga dan saling peduli untuk membantu menyukseskan perayaan. Saling jaga sejatinya akan menciptakan kerukunan dan merawat semangat kebangsaan yang sekaligus dapat meredakan konflik karena perbedaan kepercayaan.
Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Jimmy Sormin, menilai momentum kebangsaan dalam perayaan Natal dan Tahun Baru 2023 harus bisa dioptimalkan masyarakat sebagai kesempatan untuk bekerja sama merawat semangat kebangsaan.
“Momentum ini tergantung bagaimana kita mengoptimalkan masa perayaan ini sebagai kesempatan untuk menghayati dan bekerja sama lebih baik lagi dalam membangun serta merawat semangat kebangsaan kita,” ujarnya di Jakarta, Minggu (25/12/2022).
Tak hanya itu, dirinya melanjutkan bahwa diperlukan kesadaran dan tindakan konkret oleh seluruh masyarakat bangsa dalam menghargai, mengasihi, dan melindungi sesama manusia, dalam keberagamannya yang dimiliki bangsa serta kesadaran bahwa sebagai warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama dimata hukum.
“Sebagai warga negara, tentunya kita memiliki hak dan kewajiban yang sama secara hukum. Sekalipun sikap diskriminatif itu tetap kita alami, tentunya perlu menempatkan kasih di atas segala respons terhadap hal tersebut, dan tentu dengan menempuh atau mentaati hukum yang berlaku,” jelasnya.
Pria yang juga merupakan anggota Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) perwakilan dari PGI ini mengatakan, sebagaimana memaknai kehadiran Kristus di dunia yang sudah sepatutnya menjadi teladan bagi umat dalam menghadirkan kedamaian dan keadilan.
“Makna kehadiran kristus di dunia, untuk mewartakan kasih, menjadi ‘Garam’ dan ‘Terang’ Dunia terhadap banyak jiwa yang masih hidup dalam kebencian dan sikap kegelapan lainnya. Ditengah keadaan demikian keteladanan atau karakter kristus tidak boleh hilang dari diri kita, hadirkan kedamaian dan sekaligus keadilan,” katanya.
Pasalnya, tanpa rasa tanggungjawab dan kesadaran akan pentingnya menghadirkan kedamaian dan keadilan melalui sikap saling menjaga serta melindungi, dirinya khawatir hal ini akan menjadi salah satu factor yang meningkatkan resiko muncul dan terpaparnya masyarakat oleh ideologi kekerasan dan radikalisme.
“Kekerasan dan radikalisme ini tentunya dapat terjadi oleh banyak faktor, dimana salah satunya membiarkan diskriminasi dan narasi-narasi yang dapat membangun kebencian itu terus berkembang,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia menilai guna mengurangi risiko terjadinya hal tersebut, dirinya berharap masyarakat untuk tidak mudah terpancing oleh provokasi dan tindakan destruktif bagi keutuhan bangsa.
“Modal sosial yang ada di masyarakat itulah sebagaimana tradisi silaturahmi, gotong-royong, saling membantu, serta kebudayaan lainnya, yang perlu disegarkan kembali dan direvitalisasi,” katanya.
Tak hanya itu, tokoh agama sebagai ujung tombak pencegahan radikalisme dan terorisme juga diharapkan mampu memberikan contoh keteladanan yang dapat menginspirasi dan menggerakan masyarakat, seperti kolaborasi serta persahabatan antar tokoh agama dinilai menjadi salah satu kunci.
“Jika keteladanan yang diberikan adalah sikap yang santun, menghargai perbedaan, membela kebenaran dan keadilan, menyampaikan narasi-narasi damai dalam khotbah, sikap dan program sehari-harinya, niscaya memengaruhi sikap umat atau masyarakat,” ujar dia.
Antar tokoh agama dan ormas juga sudah semestinya menampilkan persahabatan dan kerja sama dalam membangun keadaban dan kesejahteraan bersama antara umat beragama.
“Kolaborasi-kolaborasi jugalah sangat dibutuhkan dan harus dilakukan dengan niat baik dan tulus demi kemaslahatan dan keberlangsungan Nusantara tercinta ini,” katanya.
Untuk itu, PGI dalam upaya membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya saling melindungi dan menjaga antar umat beragama turut mengembangkan program guna mengahdirkan ruang perjumpaan antar umat beragama, meningkatkan literasi dan semangat kebangsaan serta perdamaian.
“Kami juga terus mengembangkan narasi-narasi tentang perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan untuk menjadi semangat yang melandasi berbagai program atau pelayanan di PGI,” katanya mengakhiri.