SAMARINDA – Generasi muda menjadi salah satu kelompok paling rentan terpapar radikalisme dan intoleransi. Sebab masih mencari jati diri, sehingga pelibatan generasi muda sangat penting menangkal penyebaran paham radikal, khususnya dikalangan mereka sendiri.
”Apalagi pemuda memiliki militansi tinggi, suka mencari tantangan. Para pemuda masih belum memiliki self control yang kuat, wawasan pemahaman dan pengetahuan yang dinamis dan masih terus berkembang sehingga masih membutuhkan bimbingan,” ujar Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R. Ahmad Nurwakhid, saat menjadi narasumber pada acara Bincang Damai BNPT bersama Pemuda Kalimantan Timur (Kaltim) yang berlangsung di Samarinda, Jumat (4/12/2020).
Narasi kontra ideologi dan propaganda, melalui media sangat efektif apabila dilakukan oleh pemuda. Karena sasarannya adalah pemuda generasi z dan generasi milenial. Apalagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural, terdiri berbagai suku bangsa dan agama.
“Potensial konflik yang luar biasa, perlu dijaga keberagamannya dengan Bhineka Tunggal Ika. Karena intoleransi adalah watak dasar dari radikal terorisme,” kata dia.
Ia juga berpesan kepada para generasi muda, sebagai garda terdepan yang akan menentukan masa depan bangsa, untuk tanamkan jiwa kebangsaan dan nasionalisme demi kemajuan, kedamaian, dan kesejahteraan bangsa.
Koordinator Duta Damai Dunia Maya BNPT, Abdul Aziz, mengatakan sebagai Duta Damai Dunia Maya yang telah dibentuk oleh BNPT telah melaksanakan tugasnya sebagai agen penyebar perdamaian.
Ia menyebut, pihaknya telah merangkul berbagai organisasi kepemudaan yang ada di Kaltim untuk bersama-sama menjalin kerja sama dalam rangka perdamaian.
”Kami di Kaltim memiliki agenda tahunan yang dinamakan ’Sapa Pemuda Kaltim’. Kami juga ada kegiatan goes to school untuk memberikan pemahaman kepada anak muda bagaimana menggunakan media sosial dan juga menebar suasana damai disana,” ujarnya.
Senada, Ridwan Rustandi selaku Koordinator Duta Dama Jabar, memgaku pihaknya selama ini fokus untuk menggandeng para pelajar agar tidak sampai terkena paham radikal terorisme khususnya dari dunia maya.
Ridwan mengaku pihaknya rutin mengadakan jurnalis damai di sekolah-sekolah, serta melakukan kolaborasi dengan pesantren-pesantren di Jawa Barat.
”Kami juga berkolaborasi dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jabar dan berbagai organisasi kepemudaan dengan membentuk yang kami namakan ’Ekosistem Damai’. Dimana tujuannya adalah menggandeng semua pihak, tidak hanya pelajar, tetapi juga sampai ke desa-desa,” kata dia.
Begitu juga dengan Ziadah, Koordinator Duta Damai NTB, menjelaskan pihaknya diajari untuk menjadi seperti angin, tidak terlihat namun terasa.
”Maka kami berusaha membangun partnership dengan sebaik-baiknya dengan siapa saja, baik itu dari pemerintah daerah maupun organisasi non-pemerintah. Karena terorisme sendiri cukup banyak dan itu berimbas ke pariwisata kami, membuat orang takut untuk datang,” ujar dia.