JAKARTA – Setelah erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang mengakibatkan dampak signifikan bagi masyarakat Flores Timur, Polri telah menginisiasi program trauma healing untuk membantu pemulihan psikologis bagi warga yang terdampak.
Pada tanggal 18 November 2024, tim dari Biro Psikologi Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri tiba di lokasi untuk memberikan dukungan langsung kepada masyarakat.
Tim trauma healing terdiri dari para psikolog dan tenaga profesional yang dilatih untuk menangani situasi pascabencana. Mereka memfokuskan perhatian pada lima titik posko pengungsian, yaitu Posko Ile Gerong, Posko Bokang, Posko Epu Tobi, Posko Konga, dan Posko Lewolaga.
Kegiatan ini tidak hanya berbasis pada psikologi klinis, tetapi juga menjalin hubungan dengan pendekatan humanis serta kearifan lokal masyarakat Flores Timur.
Baca Juga: Denny Sumargo Datangi Polda Metro Jaya, Perkara Hukum dengan Farhat Abbas?
Kepala Biro Psikologi SSDM Polri, Brigjen Kristiyono, di Jakarta, Rabu (19/11/2024), menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam trauma healing mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal.
“Kami memahami bahwa masyarakat di Flores Timur memiliki kearifan lokal yang kuat. Oleh karena itu, kami berupaya mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam proses pemulihan ini agar lebih relevan dan diterima oleh warga,” ujarnya.
Pentingnya Fokus pada Anak-Anak
Dari hasil observasi tim, anak-anak menjadi kelompok yang paling terdampak secara psikologis akibat bencana ini. Untuk itu, tim trauma healing merancang berbagai kegiatan interaktif yang ditujukan khusus untuk anak-anak.
Kegiatan seperti permainan edukasi, permainan energizer, dan aktivitas menari dirancang untuk membantu anak-anak mengalihkan perhatian dari pengalaman traumatis dan memulihkan kemampuan mereka untuk bersosialisasi.
“Tim Psikologi SSDM Polri memberikan energizer kepada kurang lebih 150 anak di setiap posko yang didatangi,” kata Brigjen Kristiyono.
Pendekatan ini sangat penting, mengingat banyak anak yang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaan mereka secara verbal.
Oleh karena itu, permainan, bernyanyi, dan kegiatan interaktif lainnya dinilai efektif untuk meredakan ketegangan emosional mereka.
Tim SSDM Polri tidak hanya fokus pada anak-anak tetapi juga memberikan perhatian khusus kepada orang dewasa yang berada di pengungsian.
Kombes Yenny Rosmalawati Dewi, Psikolog Madya Biro Psikologi SSDM, menjelaskan bahwa orang dewasa juga membutuhkan dukungan psikologis.
Untuk itu, mereka mengadakan sesi terapi pernapasan yang dapat diaplikasikan secara individu maupun kelompok.
“Sesi relaksasi menggunakan teknik Pernafasan Lima Jari dan Teknik Grounding diberikan kepada kategori dewasa,” tambah Yenny, menjelaskan bagaimana teknik ini dapat membantu meredakan rasa cemas.
Kegiatan di Posko Pengungsian
Pada tanggal 16 November 2024, tim trauma healing mulai melaksanakan kegiatan mereka. Yenny dan tim kemudian berlanjut ke lokasi lainnya, seperti Desa Klatanlo Lewotobi Flores, yang merupakan desa terdekat dari kaki gunung yang meletus.
Kegiatan dimulai dengan kunjungan ke fasilitas posko disertai dengan interaksi langsung dengan para pengungsi.
“Tim bergeser ke Posko Apo Tobi untuk melakukan pendampingan psikologi. Sesi I dimulai dengan kegiatan psikososial, yakni melakukan kunjungan kepada fasilitas posko,” jelas Yenny.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada para pengungsi, sehingga mereka merasa diperhatikan dan mendapatkan bantuan yang diperlukan.
Dalam setiap kegiatan, kesiapan logistik juga menjadi faktor penting. Yenny menyampaikan bahwa kehadiran tim psikologi tidak hanya bertujuan untuk memberikan dukungan emosional tetapi juga memastikan bahwa kebutuhan dasar para pengungsi, seperti makanan dan tempat tinggal, terpenuhi.
“Kunjungan dan layanan Tim Psikologi Mabes Polri dapat meningkatkan keceriaan serta motivasi anak-anak yang terdampak bencana erupsi,” ungkapnya.
Mengintegrasikan Nilai Budaya dalam Pemulihan
Salah satu aspek unik dari program trauma healing ini adalah upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam setiap langkah pemulihan.
Masyarakat Flores Timur dikenal dengan budaya dan tradisi yang kuat, dan pendekatan ini diharapkan dapat membuat proses pemulihan lebih relevan dan diterima.
Brigjen Kristiyono menekankan pentingnya pemahaman budaya lokal dalam proses pemulihan.
“Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat harus menjadi bagian dari proses pemulihan, sehingga mereka merasa terlibat dan memiliki kontrol atas situasi mereka,” katanya. Dengan cara ini, diharapkan masyarakat dapat merasa lebih nyaman dan terbuka untuk menerima bantuan.
Trauma yang dialami akibat bencana alam dapat memiliki dampak jangka panjang, baik secara psikologis maupun sosial.
Oleh karena itu, keberadaan tim trauma healing sangat penting untuk memastikan bahwa warga tidak hanya mendapatkan bantuan sementara tetapi juga dukungan yang dapat membantu mereka pulih secara menyeluruh.
Yenny dan timnya berharap bahwa layanan psikologi yang diberikan dapat mencegah trauma warga berkepanjangan dan membantu mereka kembali ke kehidupan normal dengan cepat.
“Dengan pendekatan yang tepat, kami berharap bisa membantu warga untuk meredakan kecemasan dan mengembalikan semangat mereka,” pungkas Yenny.
Setelah melewati masa-masa sulit pascabencana, harapannya adalah agar masyarakat Flores Timur dapat kembali bangkit.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk tim trauma healing dari Polri, diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan ini.
Keterlibatan masyarakat dalam pemulihan juga sangat penting, sehingga mereka dapat berkontribusi dalam mengatasi dampak bencana yang telah terjadi.
Dengan berbagai program yang dirancang untuk memberikan dukungan psikologis, diharapkan masyarakat Flores Timur dapat menemukan cara untuk mengatasi trauma dan membangun kembali kepercayaan diri mereka.
Keseluruhan proses ini harus melibatkan partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat itu sendiri.
1 komentar