JAKARTA – Pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo telah memilih ‘Nusantara’ sebagai nama Ibu Kota Negara (IKN) baru. Pemilihan nama ‘Nusantara’ sebagai gambaran bangsa ini yang disatukan oleh semangat persatuan dari keragaman budaya, suku, etnis, bahasa dan agama.
Nusantara menyiratkan makna cita-cita untuk mengembalikan spirit kejayaan dan mentalitas bangsa sebagai bangsa yang unggul dan berjaya seperti dahulu kala.
Dosen Pasca Sarjana bidang Ilmu Politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Wachid Ridwan, mengatakan mentalitas yang perlu kembali dibangun ialah mentalitas bangsa yang sama seperti pada saat para founding fathers bangsa memperjuangkan hingga memproklamirkan kemerdekaan.
Menurutnya semangat yang tercermin pada saat itulah yang perlu menjadi pijakan untuk mengembalikan mentalitas bangsa.
“Mentalitas itu yang harus terus kita bangun, karena tantangan bangsa kedepan akan lebih bervariatif dan kompleks,” ujarnya di Jakarta, Jumat (28/1).
Terkait pro dan kontra Undang-Undang (UU) IKN, Sekretaris Badan Pencegahan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) ini menilai sebagai sebuah hal yang wajar dalam dunia demokrasi.
“Saya kira dalam dunia demokrasi seperti ini, polemik-polemik yang semacam itu adalah sesuatu yang biasa, tetapi jangan sampai ada kekerasan,” kata dia.
Rencana pemindahan ibu kota negara juga bukanlah hal yang mudah. Namun bagaimana pun UU IKN telah disahkan menjadi sebuah konsensus oleh pemerintah. Karena itu, masyarakat perlu mendukung dan berpartisipasi terkait kebijakan tersebut.
“Kita semua perlu mendukung, perlu ikut serta berpartisipasi. Jadi tetap harus ada pengawasan dan harus ada kritik yang membangun,” katanya.
Ia menambahkan, untuk kembali membangun mentalitas bangsa, maka semua lapisan masyarakat memiliki peran masing-masing sesuai dengan bidang dan keahliannya, dimana bertujuan memperkuat semangat persatuan sebagai pijakan dasar bangsa.
Ketika peran tanggung jawab sebagai warga negara dijalankan dengan baik, menurutnya tidak mustahil mentalitas bangsa yang sarat akan semangat persatuan akan makin terbangun.
“Misalnya kami di gugus tugas nasional revolusi mental, kami berusaha menggugah mentalitas tersebut dengan program penguatan dan pemberdayaan tiga nilai yaitu integritas, etos kerja dan gotong royong,” kata dia.
Penanaman tiga nilai kepada masyarakat tersebut, kata Wachid, sebagai bagian dari aktualisasi dalam rangka mendorong masyarakat untuk menjalankan peran dan fungsi masing-masing sebagai warga negara.