BALI – Dunia maya atau ruang digital kini kerap digunakan kelompok ekstremis untuk menyebarkan konten-konten kekerasan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama lintas negara dalam menanggulanginya.
Salah satu implementasi kerja sama tersebut adalah terselenggaranya kegiatan “ASEAN-Australia Counter Terrorism Workshop on Good Practices Approaches to Countering Violent Extremism, Hate Speech and Disinformation Onlineā. Dimana, Indonesia diwakili oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI menjadi tuan rumah bersama Pemerintah Australia.
“Kelompok ekstremis memanfaatkan dunia maya untuk merekrut individu dan membuat perpecahan. Dalam menanggulanginya, kami menekankan pentingnya kerjasama yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan hingga lintas negara,” ujar Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT RI sekaligus ketua kelompok kerja pejabat senior ASEAN pada isu penanggulangan Terorisme (SOMTC Working Group on Counter-Terrorism), Andhika Chrisnayudhanto, dikutip dari website bnpt.go.id, Jumat (2/2/2024).
Andhika menambahkan, isu ini merupakan ancaman serius di berbagai negara.”Konten-konten ekstremisme kekerasan, ujaran kebencian, disinformasi, dan radikalisasi online merupakan ancaman serius di berbagai negara,” katanya.
Selaras dengan Andhika, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) sekaligus Ketua SOMTC-Indonesia, Komjen. Pol. Wahyu Widada, menjelaskan penguatan pencegahan penyalahgunaan internet menjadi salah satu cara dalam menanggulangi penyebaran konten ekstremisme berbasis kekerasan di ruang digital.
“SOMTC-Indonesia berkomitmen untuk menanggulangi konten ekstremisme berbasis kekerasan, ujaran kebencian, dan disinformasi yang disebarkan secara online, salah satunya dengan memperkuat pencegahan penyalahgunaan internet,” ujarnya.
Sementara, Deputy Head of Australian Mission to ASEAN, Caroline Scott, menegaskan workshop ini merupakan bukti nyata kerjasama pemerintah Australia dan ASEAN dalam menghadapi ancaman ekstremisme berbasis kekerasan dalam ruang digital.
“Forum ini juga menegaskan komitmen Pemerintah Australia untuk bekerja sama dengan ASEAN dalam menghadapi ancaman ekstremisme berbasis kekerasan dalam ruang digital,” kata dia.
“Australia melihat ini sebagai tantangan yang kompleks dimana kemajuan teknologi berdampak pada penyebaran konten ekstremisme berbasis kekerasan, ujaran kebencian dan disinformasi secara daring,” katanya lagi.
Workshop ini diikuti oleh 110 peserta dari perwakilan SOMTC negara-negara ASEAN, Timor Leste dan Australia, Badan-Badan Sektoral ASEAN, dan Organisasi Internasional terkait, termasuk industri digital.
Adapun delegasi Indonesia yang hadir pada workshop ini, di antaranya Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) selaku sekretariat SOMTC Indonesia, Kementerian Luar Negeri, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan BNPT RI.
Pelaksanaan kegiatan ini juga sejalan dengan implementasi ASEAN SOMTC Work Programme 2022-2024, Bali Work Plan 2019-2025, dan SOMTC-Australia Work Plan on Cooperation to Combat Transnational Crime 2022-2025.