JAKARTA – Pengamat Terorisme dan Intelijen The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, mempertanyakan pertanyaan Menkopolhukam, Mahfud MD kerap ‘menggoreng’ isu radikal dan terorisme. Bahkan menyebut ada 6 ribu WNI di luar negeri yang dicap teroris, Minggu (12/1/2020).
“Apa tidak capek (Mahfud MD) jualan radikal-radikul dan terorisme,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Dengan selalu menggoreng isu radikal-radikul dan terorisme, lanjut Harits, maka akan membuat pusing dan antipati rakyat Indonesia terhadap pemerintah. Sebab radikalisme seolah menjadi proyek pemerintah.
“Di luar negeri, WNI di cap terorisme. Sehingga dengan siapa rakyat Indonesia harus berlindung,” katanya.
Sebanyak 6 ribu WNI di luar negeri yang dicap teroris, juga turut dipertanyakan Harits. Sebab jumlah tersebut terbilang sangat banyak dan setingkat dengan jumlah batalion di kesatuan tentara.
“Pernyataan yang disampaikan Mahfud tidak masuk akal dan sumir, dan hanya menunjukkan penyuka ekspos isu,” kata dia.
Sementara Stanislaus Riyanta yang juga pengamat intelijen dan keamanan, menjelaskan 6 ribu WNI di luar negeri yang dicap teroris masih hitungan kasar. Karena di Suriah saja ada 187 WNI.
“Jika Suriah saat ini menjadi poros penting dari organisasi transnasional yang diikuti oleh kelompok radikal di Indonesia, maka sisa dari 6 ribu tersebut tentu sebarannya ada di banyak negara,” kata dia.
Meski demikian, lanjut Riyanta, perlu pembuktian. “Perlu penyelidikan dan penyidikan dengan kolaborasi antar negara,” ujarnya.
Berbeda dengan Ken Setiawan, mantan Panglima Negara Islam Indonesia (NII), mengaku tidak memiliki data secara pasti berapa jumlah WNI jadi teroris. Namun kemungkinan jumlah tersebut diketahui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Wah yang tahu persis jumlahnya itu BNPT dan imigrasi, memang sampai kini masih banyak (teroris) yang di luar negeri,” katanya.
Sebelumnya, Mahfud MD, mengatakan ada lebih dari 6 ribu WNI terduga teroris berada di luar negeri. Karena itu, pemerintah berencana memulangkan para WNI tersebut.
“Kita punya FTF yang harus dipulangkan itu misalnya dari Suriah saja kita punya 187, pokoknya lebih dari 6.000 yang sekarang diidentifikasi oleh negara yang didatangi sebagai teroris,” katanya.