JAKARTA – Dua pemimpin ormas Islam yakni Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab dan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, rupanya memiliki sikap yang berbeda terkait pademi Covid-19 yang tengah melanda hampir seluruh negara, termasuk Indonesia.
Melihat perbedaan sikap tersebut, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, menilai Ketua Umum PBNU lebih bijak dalam menghadapi kasus Covid-19 dibandingkan Rizieq Shihah.
Dimana diketahui, Said Aqil Siradj justru secara terbuka menyampaikan ke publik dirinya terkonfirmasi positif Covid-19. Hal itu membuat sejumlah pihak, termasuk pemerintah ikut memberi dukungan agar lekas pulih.
Sementara Habib Rizieq menolak mengungkapkan hasil tes usap atau swab test yang dilakukannya. Padahal, kepastian positif atau tidaknya seseorang itu penting untuk proses tracing atau penelurusan kontak.
“Padahal penulusuran kontak dengan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan orang yang terinfeksi virus Corona merupakan standar penanganan Covid-19, dalam rangka pencegahan Corona agar tidak menyebar secara luas. Sehingga melakukan contact tracing sangat penting,” ujarnya di Jakarta, Senin (30/11/2020).
Oleh karena itu, ia mengharapkan agar Rizieq dapat meniru sikap Said Aqil yang mempersilakan dilakukan penelurusan kontak. Sebab para pemimpin umat semestinya memikirkan keselamatan umatnya.
“Sikap menolak contact tracing, dampaknya bisa mencelakakan orang banyak. Sikap seperti ini tidak pantas menjadi panutan, apapun alasannya. Karena sikap seperti ini justru mengorbankan umat,” kata dia.
Sebelumnya, Rizieq sempat dilarikan ke Rumah Sakit Ummi di kawasan Bogor, Jawa Barat. Setelah beberapa hari, dia memilih kembali ke kediamannya atas permintaan sendiri.
Tak hanya itu, Rizieq juga menolak mengungkapkan hasil pemeriksaan medis kepada publik dengan dalih kerahasiaan pasien.