JAKARTA – Dunia hiburan Indonesia kembali diwarnai dengan kontroversi yang melibatkan sejumlah tokoh publik. Setelah Farhat Abbas melaporkan Denny Sumargo ke Polda Metro Jaya, kini giliran pengusaha Pablo Benua yang menjadi sasaran laporan Farhat. Insiden ini tidak hanya menarik perhatian publik tetapi juga menyoroti bagaimana interaksi di media sosial dapat berdampak serius dalam kehidupan nyata.
Farhat Abbas, seorang pengacara dan tokoh publik yang dikenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, melaporkan Denny Sumargo atas dugaan provokasi yang mengarah pada isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan).
Pertikaian ini bermula ketika Denny menyambangi rumah Farhat dan melontarkan pernyataan yang dianggapnya sebagai ancaman. Denny, dalam konteks ini, menyebut dirinya berasal dari suku Makassar, yang memicu reaksi keras dari Farhat.
Baca Juga: Kontroversi Plagiarisme di UGM: Peter Carey Menentang Label Buku Dummy
Farhat merasa terprovokasi dan mengklaim bahwa Denny ingin menghajarnya. Ia kemudian mengambil langkah hukum dengan melaporkan Denny ke pihak kepolisian. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya Farhat memandang isu ini, menjadikannya bukan hanya sekadar percakapan sosial, namun juga masalah hukum.
Pelaporan Terhadap Pablo Benua
Tak lama setelah pelaporan terhadap Denny, Farhat Abbas langsung beraksi dengan melaporkan Pablo Benua ke Polda Metro Jaya.
Dalam pengakuan yang disampaikan di Polda Metro Jaya pada 8 November 2024, Farhat mengungkapkan alasannya melaporkan Pablo. Ia menyebut bahwa Pablo telah menghinanya dengan cara yang sangat tidak pantas.
“Hari ini kita sudah dapat rekomendasi untuk melaporkan PB. PB ini orang yang nebeng aja kerjanya ngehina-ngehina aja,” ujar Farhat dikutip dari terkini.id, Minggu (10/11/2024).
Ia menegaskan bahwa hinaan Pablo yang paling menyakitkan adalah tentang aksesoris bando yang sering ia kenakan. Farhat merasa bahwa pernyataan Pablo tersebut sangat merendahkan dan tidak bisa dibiarkan.
Reaksi Pablo Benua
Pablo Benua, suami dari Rey Utami yang juga dikenal sebagai tokoh publik, memberikan tanggapan mengenai pelaporan tersebut.
Ia mengakui bahwa Farhat telah melayangkan somasi kepadanya, meskipun dalam bentuk digital atau file PDF. Dalam somasi itu, Farhat mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap pernyataan Pablo, yang menilai gaya Farhat mirip dengan perempuan.
“Terkait dengan somasi dari Farhat Abbas kepada gue benar gue terima somasi dari Farhat tapi somasinya berbentuk PDF,” jelas Pablo.
Ia menegaskan bahwa pernyataannya mengenai gaya Farhat sama sekali tidak bermaksud untuk menghina, meskipun ia mengakui bahwa kata-katanya mungkin dapat diinterpretasikan berbeda.
Konflik ini menggambarkan bagaimana media sosial dapat memicu ketegangan antara tokoh publik. Komentar yang dianggap sepele bisa berujung pada laporan polisi.
Dalam era di mana informasi tersebar dengan cepat, pernyataan yang dilontarkan di media sosial dapat mempengaruhi persepsi publik dan bahkan memicu tindakan hukum.
Farhat dan Pablo sama-sama memiliki pengikut yang cukup banyak di media sosial, yang membuat setiap pernyataan mereka mendapat perhatian luas. Ini menciptakan efek bola salju di mana setiap aksi dapat memicu reaksi yang lebih besar.