Ponpes Al-Zaytun Bisa Jadi Embrio Gerakan Anti NKRI?

Nasional1562 Dilihat

JAKARTA – Pondok Pesantren Al-Zaytun harus ditelisik sebagai komunitas dan ekosistem tertutup dan eksklusif yang memiliki tata cara hidup dan kehidupan yang terpisah dengan masyarakat pada umumnya.

Olehnya itu, bukan tidak mungkin dengan ketertutupan melahirkan banyak kamuflase, dan eksklusivitas menggerakkan tata nilai yang radikal, ekstrem, dan intoleran.

Demikian dikatakan Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), Said Aqil Siradj, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (17/7/2023).

“Yang pada saatnya bukan tidak mungkin menjadi embrio gerakan anti-NKRI, apalagi bila dilihat dari background dan behaviour pimpinan pesantren yang memiliki latar belakang NII (Negara Islam Indonesia) dan beberapa fakta gerakan, jejaring, dan alumninya,” ujarnya.

Menurutnya, fenomena Al Zaytun harusnya tidak saja dilihat sebagai lembaga pendidikan murni pada umumnya, tetapi harus dilihat secara mendalam. 

Bahwa proses indoktrinasinya, kata Said, patut dicurigai sebagai fenomena proses ideologisasi, kaderisasi, dan gerakan anti-Pancasila dan/atau anti-NKRI.

“Jangan terkecoh oleh bungkus rapi pembelajaran berbasis pendidikan formal dengan kurikulum terstandar pemerintah dan pembelajaran agama yang ditanamkan karena bukan tidak mungkin itu hanya sebagai kamuflase belaka,” kata dia.

Pernyataan tersebut berdasarkan pada banyaknya kesaksian tentang adanya “sekolah dalam sekolah”, “kaderisasi dalam kaderisasi”, bahkan layak dicurigai bahwa ekosistem, tata laksana, dan organ gerakan yang mereka ciptakan mengarah pada pembentukan “negara dalam negara”.

“Negara tidak boleh kalah dengan sindikasi Al Zaytun,” kata Said.

Karena itu, ia mendesak pemerintah untuk bertindak tegas melakukan penyelidikan komprehensifdan melakukan penyidikan atas kasus yang ada, serta membuka fenomena ini seterang-terangnya kepada masyarakat.

“Negara harus segera mengambil alih Al Zyatun, membenahi dan me-reinstall sistem pendidikan Al Zaytun agar tidak bertentangan dengan cita-cita NKRI dan menjaga secara ketat agar tidak menjadi tempat bersemainya benih-benih Negara Islam Indonesia (NII),” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *