Radikalisme dan Terorisme Makin Sulit Dihadapi, Kata Asops Panglima TNI

Nasional3 Dilihat

JAKARTA – Dinamika perubahan fenomena global, regional, dan nasional yang sedemikian cepat, menghadirkan berbagai ancaman kontemporer yang bersifat asimetris, proxy dan hibrid (campuran). Disamping Tekhnologi Informasi (TI) yang lebih sulit untuk diantisipasi. 

“Ancaman tersebut muncul sebagai akibat dari berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Informasi di era Revolusi Industri 4.0.,” ujar Asops Panglima TNI, Mayjen TNI Tiopan Aritonang saat membuka Rapat Kordinasi Teknis Pusat Pengendalian Operasi (Rakornis Pusdalops) tahun 2020, di Aula Gatsu Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (6/3/2020).

Ia menjelaskan, ancaman terorisme dan radikalisme semakin sulit dihadapi karena adanya jaringan teknologi komunikasi yang membantu penyebaran pesan-pesan radikal ataupun perintah teror, melalui jaringan media sosial (medsos), sehingga mampu secara cepat menyebarkan pengaruh dan mengaktifkan sel-sel tidur di seluruh dunia, demi mendukung kepentingannya.

Karenanya, ancaman lain yang perlu diwaspadai adalah serangan siber atau cyber war yang tak kalah dahsyatnya dibandingkan dengan serangan konvensional. Karena sebegitu dahsyatnya penggunaan teknologi siber saat ini, dampaknya setara dengan penggunaan senjata kinetik.

Kemudian ancaman di wilayah regional seperti konflik batas teritorial di sekitar Laut Natuna, dikarenakan tindakan offensif Cina untuk menguasai sumber kekayaan alam di sekitar Laut Cina Selatan, yang juga di klaim beberapa negara.

Dengan ancaman tersebut, lanjut Aritonang, Pusdalops TNI, Puskodal Angkatan, dan Puskodal Kotamaops TNI dalam pelaksanaan tugasnya menyiapkan dukungan fasilitas komando dan pengendalian operasi TNI. Selain itu, penyelenggaraan sistem informasi di lingkungan Mabes TNI dan jajarannya.

Sehingga berfungsi merencanakan dan pengembangan Komando Kendali, Komunikasi, Komputerisasi Informasi (K4I) TNI yang mampu menjamin terselenggaranya komando pengendalian terhadap satuan-satuan jajaran yang sedang melaksanakan operasi.

Aritonang berharap, dalam menghadapi tantangan tugas tersebut, Pusdalops TNI, Puskodal Angkatan, dan Puskodal Kotamaops TNI, ke depan perlu meningkatkan infrastruktur, sumber daya manusia serta sistem dan metoda, dalam menjamin kesiapsiagaan operasi dan kesatuan Komando (Unity of Command).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *