JAKARTA – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, baru-baru ini memperkenalkan “rencana kemenangan” yang telah lama dinantikan oleh para anggota parlemen di Kyiv. Rencana ini bertujuan untuk memperkuat posisi Ukraina dalam upaya mengakhiri konflik yang dimulai dengan invasi Rusia pada Februari 2022.
Dikutip dari BBC, Kamis (17/10/2024), dalam pidatonya, Zelensky menyatakan bahwa rencana ini berpotensi mengakhiri perang pada tahun depan. Secara resmi bagi Ukraina untuk menjadi anggota persekutuan militer NATO.
Ia meminta sekutu untuk mencabut larangan penggunaan senjata jarak jauh yang dipasok oleh Barat untuk menyerang wilayah Rusia. Disamping itu, Ukraina menegaskan tidak akan memperdagangkan wilayah dan keamanannya.
Baca Juga: Dua Tahun Menunggu: Prabowo Harap Pertemuan Spesial dengan Megawati
Rencana ini mencakup kelanjutan serangan ke wilayah Kursk di Rusia. Ia juga meminta perlindungan bersama oleh AS dan Uni Eropa atas sumber daya alam penting Ukraina.
Zelensky mengkritik negara-negara seperti Tiongkok, Iran, dan Korea Utara yang mendukung Rusia, menyebut mereka sebagai “koalisi penjahat”. Ia menggambarkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai sosok yang “gila” dan bertekad untuk melanjutkan perang.
Dukungan dan Tantangan
Di Kyiv, banyak masyarakat mendukung rencana ini, dengan harapan Ukraina dapat bergabung dengan NATO dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari sekutu. Namun, ada juga yang menjamin mengenai jaminan keamanan yang dapat diperoleh Ukraina. Rencana ini telah disampaikan kepada para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Joe Biden, serta sekutu utama seperti Inggris, Prancis, Italia, dan Jerman.
Zelensky juga berterima kasih kepada AS atas paket bantuan pertahanan baru senilai $425 juta, yang mencakup sistem perlindungan udara dan senjata jarak jauh. Namun, beberapa pejabat AS mengungkapkan kekhawatirannya bahwa rencana tersebut tidak memiliki strategi yang komprehensif dan lebih merupakan permintaan untuk lebih banyak senjata.
Kondisi di Lapangan:
Meskipun rencana ini ambisius, situasi di Ukraina semakin menantang. Kelelahan di kalangan masyarakat meningkat, dan moral nasional mulai runtuh akibat jumlah korban yang terus bertambah. Banyak yang beranggapan bahwa kesepakatan damai mungkin memerlukan Ukraina untuk menyerahkan wilayah demi jaminan keamanan.
Zelensky menegaskan bahwa tidak ada konsesi teritorial yang akan dilakukan, dan ia bertekad untuk memaksa Rusia keluar tanpa menyerahkan wilayah. Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menyebut rencana ini sebagai “sinyal kuat” dari Kyiv, meskipun ia mengakui bahwa banyak masalah yang perlu dipahami dengan lebih baik.