JAKARTA – Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus mengembangkan agar para prajuritnya bisa berdaptasi dengan kondisi terkini yang serba teknologi dan digitalisasi. Apalagi saat ini tengah memasuki era revolusi industri 4.0.
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan TNI tidak boleh ketinggalan atas revolusi industri 4.0 yang melahirkan digitalisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista).
“Saat ini kita masuk pada revolusi industri 4.0. Tentunya kita tidak boleh ketinggalan dengan kemajuan teknologi tersebut,” ujar diunggah YouTube Pusat Penerangan (Puspen) TNI, Rabu (11/11/2020).
Revolusi industri 4.0 membawa perubahan total. Perubahan itu tak sekadar mengubah Alutsista konvensional menjadi serba digital, melainkan juga pada konsep perang.
Karena itu, lanjut. Hadi, sumber daya manusia (SDM) TNI terus ditingkatkan untuk bisa beradaptasi dengan perubahan teknologi.
Di sisi lain, adaptasi terhadap digitalisasi alutsista juga membawa konsekuensi besar, yakni adanya ancaman hacker.
Meski begitu, kata Hadi, TNI saat ini sudah memiliki satuan siber yang bekerja untuk menangkis ataupun menanggulangi serangan hacker.
“Di Mabes TNI mempunyai satuan siber, itu dalam rangka menghadapi ancaman siber. Oleh karena itu, saya sampaikan tadi, ancaman kita saat ini adalah multidimensi,” katanya.