JAKARTA – Sebagai upaya penanggulangan virus korona, TNI turut melibatkan diri dengan menyiapkan seluruh rumah sakit yang dimilikianya sebagai tempat rujukan.
“TNI menyiapkan seluruh rumah sakit TNI. Baik TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angakatan Udara,” ujar Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal TNI Sisriadi, di Jakarta, Rabu (28/1/2020).
Tak hanya itu, TNI juga telah menyiapkan satuan kesehatan lapangan dan seluruh personel kesehatan TNI yang tersebar di seluruh penjuru nusantara.
Dalam penanggulangannya, kata Sisriadi, satuan tenaga lapangan dan tenaga medis TNI akan berkoordinasi dengan stakeholder di masing-masing daerah. Hal itu dilakukan supaya personel TNI dapat melakukan langkah terukur secara efektif.
“Seluruh satuan kesehatan lapangan dan seluruh personel kesehatan TNI yang ada di Indonesia untuk melakukan langkah-langkah terukur dan terkoordinasi dengan stakeholder terkait di daerah,” kata dia.
Ia menegaskan, keterlibatana TNI dalam penanggulangan virus corona berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2019 tentang bio security. “Jadi bukan atas permintaan, tetapi atas perintah Presiden berupa intruksi presiden,” katanya.
Sebelumnya, TNI AU telah menyiagakan tiga unit pesawat untuk mengevakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Cina, setelah merebaknnya penyebaran virus corona di Wuhan, Cina beberapa waktu lalu.
Seperti dirilis TNI dalam akun Twitternya, tiga unit pesawat yang disiagakan itu terdiri dari dua unit Boeing B737 dan satu unit Hercules C130. Selain armada, menyiagakan personel dari Batalyon Kesehatan untuk memulangkan WNI.
“Terkait wabah virus Korona 2019-nCoV di Wuhan, Cina, hasil rapat @PolhukamRI @Kemlu_RI @KemenkesRI, TNI AU telah menyiagakan 2 unit Boeing B737, 1 unit C130 Hercules, dan Batalyon Kesehatan #TNIAU untuk mengevakuasi WNI,” cuit TNI, Rabu (29/1/2020).
Sebelumnya, ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina hingga kini masih tertahan, akibat pemerintah setempat meningkatkan status lockdown (protokol darurat). Namun Pemerintah Indonesia melalui KBRI Beijing, terus berupaya memasok makanan dan kebutuhan sehari-hari bagi 100 WNI tersebut.
Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, mengatakan langkah evakuasi WNI dari Kota Wuhan tidak mudah dilakukan, mengingat status karantina yang ditetapkan pemerintah setempat terhadap tempat asal penyebaran virus corona tipe baru.
“Tentunya evakuasi adalah opsi yang terbuka, tetapi evakuasi di sebuah wilayah yang (berstatus) lockdown tidak bisa dilakukan dengan serta merta,” katanya di Jakarta, Selasa (28/1/2020).
“Kita harus bicara dengan otoritas Cina karena ada aturan-aturannya,” Retno menambahkan.
Ia menambahkan, dari laporan yang diterimanya, ketersediaan makanan dan kebutuhan sehari-hari di kota Wuhan hanya bertahan 3-5 hari ke depan.
“Ini yang akan segera kita pasok, karena pada saat bahan makanan menipis tentu semua menjadi khawatir,” kata dia.
Menurut Retno, status Wuhan saat ini lockdown, karena itu tak serta merta dapat membawa bahan makanan masuk ke kota itu. Sebab semua pergerakan harus dikoordinasikan dengan otoritas Cina, termasuk dalam pengiriman logistik.
Oleh karena itu, lanjut Retno, untuk mempercepat pasokan logistik masuk ke Wuhan, Dubes RI untuk Cina terus berkoordinasi dengan otoritas setempat.
Tak hanya soal makanan, WNI yang berada di Wuhan juga mengeluhkan pasokan masker yang semakin menipis. Menurut informasi dari Persatuan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT), harga makanan dan kebutuhan sehari-hari termasuk masker masih tersedia di sejumlah toko di Wuhan, namun harganya menjadi lebih mahal.
“Di Beijing ada biro pengiriman yang mendapat izin dari otoritas Cina untuk masuk ke Wuhan, dan KBRI Beijing kemarin sudah menghubungi biro pengiriman itu untuk membawa masker-masker yang diperlukan para WNI,” katanya.
Dari catatan Kemlu, terdapat 100 WNI di Wuhan terdiri dari 84 mahasiswa dan 16 tamu mahasiswa dari tempat lain.