LUMAJANG – Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati, mengatakan per 5 Desember 2021 sekitar pukul 07.00 WIB, korban tewas yang semalam cuma satu, kini menjadi delapan orang.
“Sudah dilakukan penyisiran dan dipastikan korban jiwa bertambah, ada delapan orang. Kemungkinan akan bertambah satu lagi sehingga menjadi sembilan,” ujarnya di Lumajang, Minggu (5/12/2021).
Menurut dia, dimungkinkan korban jiwa bertambah lagi, karena masih banyak pekerja tambang yang belum ditemukan pascaerupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) kemarin.
Oleh karena itu, ia berharap para petugas dan sukarelawan dari pihak TNI/Polri dan Basarnas untuk berhati-hati dalam melakukan evakuasi.
“Ada banyak lumpur dan pohon tumbang di jalan. Semoga segera bisa dibersihkan,” katanya.
Sebelumnya, Indah Amperawati menjelaskan, jumlah warga mengungsi sekitar 300 Kepala Keluarga (KK). Mereka berasal dari Curah Kobokan dan Desa Supiturang. Dimana sebagian warga desa sudah mengungsi dan tinggal beberapa orang yang kemudian dievakuasi.
Indah menambahkan, seorang warga yang meninggal dunia dari Curah Kobokan dan telah berhasil dievakuasi. Di Desa Sumberwuluh, Kampung Renteng tempat area penambangan pasir, diperkirakan dua orang hilang.
“Belum bisa ditemukan. Delapan orang yang terjebak di kantor pemilik tambang. Terhambat material vulkanik yang masih panas,” kata dia.
Korban luka yang terdata sementara berjumlah 41 orang yang telah dievakuasi ke Puskesmas Penanggal. Sebagian besar warga yang mengalami luka-luka dirujuk ke beberapa rumah sakit, seperti RSU Haryoto, RS Bhayangkara dan RS Pasirian.
Terkait dengan dampak di sektor pemukiman, hampir semua rumah hancur di Curah Kobokan. Warga terdampak erupsi mengungsi sementara waktu di Balai Desa Penanggal.
Selain korban dan kerusakan di sektor pemukiman, ada jembatan putus, yaitu Gladak Perak. Kondisi ini mengakibatkan warga yang ada di Pronojiwo tidak bisa mengarah ke Wilayah Lumajang.
Selain itu, banyak pohon yang tumbang jalan nasional menuju ke arah Malang terhambat.