JAKARTA – Jumlah anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tewas di Jalur Gaza sudah mencapai 92 orang dalam konflik Israel-Palestina.
Demikian diungkapkan Komisaris Jenderal Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA), Philippe Lazzarini, dikutip dari Anadolu, Jumat (10/11/2023).
Saat wawancara dengan media lokal Swiss, Lazzarini mengatakan, sekitar 13.000 anggota PBB dipekerjakan di Jalur Gaza.
Ia menyebutkan, bahwa UNRWA belum pernah mengalami “kematian sebanyak itu dalam waktu yang singkat.”
Saat ini, lebih dari 700.000 orang mengungsi ke sekolah-sekolah yang didirikan UNRWA agar dapat berlindung di bawah PBB.
Akan tetapi, 50 lebih fasilitas mereka telah diserang hingga menelan puluhan korban jiwa dan melukai ratusan lainnya.
“Menyelamatkan diri ke wilayah selatan Jalur Gaza juga tidak dijamin aman,” katanya.
Semakin lama korban jiwa terus berjatuhan –seperti yang diumumkan Israel, semakin jauh kita dari prospek perdamaian di masa depan, katanya.
Saat wawancara, Lazzarini mengaku sangat terkejut dengan apa yang dia temukan di Gaza.
“Situasinya menyayat hati,” ujarnya.
Lazzarini mengatakan, masyarakat serba kekurangan, mereka menyelamatkan diri ke sekolah-sekolah UNRWA dan meminta roti dan air.
Terjadi krisis bahan bakar, katanya. Jika tidak ada bahan bakar yang tiba di Gaza dalam beberapa hari ke depan, “fasilitas-fasilitas utama tidak akan berfungsi lagi,” katanya.
Ia menambahkan, blokade pasokan bantuan sama saja, dengan hampir tidak ada perdagangan dan ketertiban umum terancam.
Jika dalam waktu dekat tidak ada perubahan, maka banyak orang yang akan kehilangan nyawanya karena minim bantuan kemanusiaan dan bukan karena pengeboman.
“Blokade ketat semacam itu berarti sama saja dengan hukuman kolektif,” kata Lazzarini.