GARDANASIONAL, JAKARTA – Konsep operasi masa kini yang sedang dikembangkan adalah operasi multi dimensi, yang berbasis teknologi Network Centric Warfare. Karena itu operasi TNI tidak hanya mengandalkan metode peperangan konvensional semata, tetapi juga dibarengi pelibatan siber TNI, Puspen TNI, intelijen, teritorial, Satgas dukungan, dan upaya diplomasi.
Demikian disampaikan Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, di hadapan ratusan Perwira Siswa Seskoad, Seskoal, dan Seskoau di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/11/2019).
Ia menjelaskan, Network Centric Warfare merupakan metode peperangan yang berbasis pada konektivitas jaringan komunikasi dan data secara real time dari markas ke unit-unit tempur, begitu juga sebaliknya, untuk mempercepat proses pengambilan keputusan komando, didasarkan pada data-data dan informasi terkini.
Karenanya dibutuhkan dukungan teknologi tinggi untuk memiliki kemampuan Network Centric Warfare, salah satunya melalui program interoperability Kodal yang sudah diajukan ke Kementerian Pertahanan (Kemhan) melalui mekanisme pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) luar negeri.
Dalam konteks kekinian, lanjut Hadi, Puspen TNI tidak lagi hanya sebagai institusi penerangan masyarakat, tetapi harus berubah menjadi media warrior yang melaksanakan untuk memenangkan opini publik. Demikian juga dengan Siber TNI, Psikologi TNI, dan Koopssus TNI yang melaksanakan operasi-operasi khusus.
“Upaya mencapai keberhasilan operasi TNI harus dicapai melalui segala lini, dan dilaksanakan secara terintegrasi, dengan tujuan akhir adalah untuk keberhasilan pelaksanaan tugas pokok,” katanya.
Menurutnya, spektrum ancaman yang sangat kompleks membutuhkan organisasi yang adaptif. Sebab jika tidak adaptif dengan tantangan dan ancaman yang baru, maka akan tenggelam dan digilas perubahan.
“Untuk menjadi organisasi yang adaptif, TNI membutuhkan perwira-perwira yang adaptif pula. Perwira yang tidak alergi dengan perubahan, mampu melihat trend, bersinergi, dan tidak berpikiran sempit,” jelas Hadi.
Selain itu, perlu ada perubahan mindset para perwira bahwa situasi saat ini sangat dinamis, cepat berubah dan membutuhkan respon tinggi. “Tidak ada lagi jamannya para komandan santai-santai dan berleha-leha di kursi komandan. Komandan harus turun ke lapangan, melihat fenomena dan trend perubahan ancaman, kondisi masyarakat, anak buah, dan berpikir antisipatif,” katanya.
“Terlebih dengan dunia gadget. Jangan kemudian komandan hanya sibuk dengan gadgetnya, abai terhadap perkembangan anak buah. Pembinaan anggota tidak dapat dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab setiap Dansat,” tambahnya.
Hadi mengingatkan, pendidikan semacam Sesko TNI dan Sesko Angkatan harus dapat mencetak sumber daya manusia unggulan berupa perwira-perwira yang berkualitas. Pembinaan harus berdasar pada merit system.
“The right man on the right place, serta memperhatikan kemampuan dan prestasi,”katanya.