NEW DELHI – Kementerian Pertahanan India menjelaskan beberapa alasan untuk biaya yang lebih tinggi dari jet tempur Su-30 yang dipasok ke Angkatan Udara India (IAF) dari jalur produksi lokal, dibandingkan dengan yang dipasok langsung oleh pabrikan asli Rusia.
Menteri Negara Pertahanan India, Subhash Bhamre, mengatakan alasan utama untuk biaya yang lebih tinggi adalah bahwa spesifikasi SU-30 Rusia dan SU-30MKI yang diproduksi sendiri tidak sama.
Ditulis Defense News, Hindustan Aeronautics Limited (HAL) milik pemerintah saat ini memproduksi Su-30MKI dengan biaya sekitar 62 juta dolar Amerika per pesawat, yang sekitar 22 juta dolar AS lebih tinggi dari jet Su-30 yang dipasok oleh Rusia.
“Modifikasi tambahan dimasukkan dalam Su-30MKI asli untuk meningkatkan kemampuan operasional dan untuk memenuhi persyaratan Angkatan Udara India (IAF). Karena rendahnya volume produksi SU-30 MKI India dibandingkan dengan -Rusia SU-30,” ujarnya.
Bhamre menambahkan, sebagai program Transfer of Teknologi (ToT), total biaya juga melibatkan pembayaran biaya lisensi ke pihak Rusia. Apalagi HAL mengimpor bahan baku dan komponen hak milik dari perusahaan Rusia dan mengumpulkannya di fasilitas produksinya di Nasik.
Dimana HAL saat ini sedang mengumpulkan 23 Su-30MKI terakhir berdasarkan pesanan dari Kementerian Pertahanan.
“Impor bahan baku dan komponen kepemilikan dari Rusia melibatkan ketergantungan pada Produsen Peralatan Asli Rusia (OEM) untuk biaya kit yang ditawarkan, yang tidak sebanding dengan konten kit,” kata Bhamre.
Kementerian pertahanan India menyebut, manufaktur pribumi akan menciptakan serangkaian keterampilan canggih di negara itu, sehingga menjadi sebuah langkah menuju kemandirian.
“Manufaktur asli akan menghasilkan biaya siklus hidup yang lebih rendah dan mengurangi ketergantungan pada OEM pada perbaikan dan pemeliharaan dan waktu penyelesaian yang lebih cepat dan dukungan cepat ke pangkalan IAF,” ujarnya.
Bhamre menjelaskan, pada tahun lalu, HAL telah menawarkan memproduksi sebanyak 40 Su-30MKI tambahan untuk IAF, tetapi India menolak tawaran itu.
“Karena fasilitas dibangun secara indigenous, pasokan produksi di masa depan kemungkinan akan lebih murah jika pesanan baru untuk produksi massal ditempatkan di HAL,” ujar dia.