JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Terorism (BNPT) meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) segera mengantisipasi maraknya peredaran ratusan buku yang berbau radikalisme dan terorisme yang beredar bebas di dunia maya.
“Penyebaran buku-buku itu di internet merupakan bagian dari propaganda kelompok teroris” ujar Deputi Penindakan dan Penegakan Hukum BNPT, Inspektur Jenderal Ibnu Suhendra, di Jakarta, Kamis (2/12/2021).
Ibnu mengatakan, ratusan buku itu sebagian besar adalah karangan petinggi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang selanjutnya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Salah satu penterjemah buku-buku tersebut adalah Aman Abdurrahman, yakni pendiri kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dimana terdeteksi telah menterjemahkan kurang lebih 200 buku yang berisi propaganda menyebarkan radikalisme.
Buku-buku tersebut, sebagian besar berformat portable document format (PDF) yang mudah diakses dan diunduh. Dimana berisi doktrin yang disampaikan di buku-buku tersebut adalah anggapan bahwa negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah negara kafir, menganjurkan menyerang dan membunuh polisi dan penegak hukum di negara kafir.
Tak hanya itu, menganggap umat muslim yang tidak sepaham dengan kelompok mereka adalah kafir. “Buku-buku ini yang mengispirasi para pelaku teror. Dalam setiap penangkapan teroris, kami menemukan buku-buku tersebut yang sekarang dijadikan format PDF dan disebarkan di internet,” kata dia.
Menurut Ibnu, para kelompok teroris saat ini beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi, memanfaatkan internet untuk menyebarkan ajarannya. Oleh sebab itu, bakal sulit dibendung jika buku-buku tersebut masih menyebar di internet.
“Seumpama terorisme adalah buah, maka radikalisme adalah pohonnya. Selama paham radikalisme tidak dibendung, terorisme akan terus terjadi,” katanya.