SURAKARTA – Menjelang pesta Pemilu, bibit-bibit seperti konflik SARA dan politik identitas sudah mulai dimainkan kembali, guna menggoyahkan stabilitas bangsa yang berlandaskan Pancasila.
Demikian dikatakan Dosen Pasca Sarjana bidang Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam dari Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Surakarta, Amir Mahmud, di Surakarta, Selasa (13/9).
Ia melanjutkan, konflik sekecil apapun tentunya bisa menjadi peluang dan dipandang sebagai potensi oleh kelompok radikalis, untuk kembali mempromosikan sistem kekhilfahan menurut versi mereka, dan menjatuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
“Tentunya saat ini gerakan untuk mengganti (bentuk negara) dengan sistem kekhilafahan ini akan selalu digaungkan,” ujarnya.
Untuk itu, dirinya menilai pentingnya peran bersama guna mewujudkan daya tangkal masyarakat dari provokasi isu dan aksi yang menimbulkan konflik perpecahan, demi menjaga stabilitas, toleransi, dan harmoni dalam lingkungan berbangsa bernegara. Dengan cara menanamkan nilai moderasi beragama dan wawasan kebangsan.
“Seperti selama ini BNPT sebagai lembaga yang telah menjalin kerjasama dengan berbagai unsur masyarakat dalam membuat narasi, itu saya pikir harus sudah lebih mengarah kepada pelatihan-pelatihan kepada para stakeholder terkait, lalu untuk segera disosialisasikan,” kata dia.
Upaya tersebut tidak hanya sekadar pada pertemuan atau sosialisasi semata, tetapi juga dimunculkan (diterapkan) di tengah kehidupan masyarakat. Sehingga bisa diharapkan membawa hasil yang riil dan benar-benar efektif mengantisipasi semua gerakan kelompok radikal.
“Terutama kalau kita kaji pada hari ini, misalkan peranan dosen dari pendidikan agama atau universitas yang berkaitan dengan keagamaan dengan masalah moderasi beragama,” katanya.
Sebagaimana Amir Mahmud Center yang selama ini fokus bergerak dalam membangun program wawasan kebangsaan yang relijius, dengan harapan membangun generasi muda yang tidak hanya mencintai bangsanya namun juga berusaha membekali masyarakat dengan wawasan keagamaan.
Direktur Amir Mahmud Center yang bergerak dalam bidang kajian Kontra Narasi dan Idiologi dari paham Radikal Terorisme ini, mengatakan perlu juga mengantisipasi agar kedepannya tidak lagi muncul konflik yang memecah belah, dengan meningkatkan peran dan ketegasan, mengingat dasar peraturan dan perangkat keamanan yang menurutnya sudah cukup mumpuni.
Ia berpesan semua pihak, khususnya para tokoh dan organisasi masyarakat yang moderat untuk senantiasa berusaha merangkul umat, agar memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, serta pemahaman agama yang moderat agar dapat terhindar dari segala bentuk konflik dan provokasi yang mengarah kepada radikalisme.
“Ini bukan persoalan salah satu agama, tapi juga di seluruh agama. Itu juga merupakan suatu potensi tentang perkara radikal. Jangan sampai kita disibukan dengan suatu urusan perpecahan yang tidak pernah berhenti,” katanya.
2 komentar