JAKARTA – Tanggal 10 November 2022 masyarakat kembali diingatkan sebuah momentum yang erat kaitannya dengan perjuangan bangsa, dalam menegakkan kemerdekaan dan menjaga keutuhan negara.
Kini perjuangan tidak lagi tentang angkat senjata melawan penjajah, namun lebih dari itu, seluruh unsur masyarakat sedang bergelut melawan paham radikal yang tak hentinya merongrong persatuan.
Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti), KH. Anwar Sanusi, mengutarakan optimismenya bahwa generasi muda mampu menang dalam perjuangan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa pasca 77 tahun kemerdekaan.
”Generasi muda ini merupakan tongkat estafet perjuangan bangsa, perekat persatuan atas segala perbedaan. Generasi muda ini harus lebih mencintai tanah airnya untuk merawat kesatuan dan persatuan. Karena lagi-lagi bahwa perjuangan berat ini memang ya mau tidak mau secara alami kan harus berganti (generasi),” ujarnya di Jakarta, Kamis (10/11/2022).
Demikian juga termasuk keberadaan ormas (organisasi kemasyarakatan) yang menurutnya memiliki peran sangat besar dalam merawat persatuan.
Sebagaimana sejarah menuliskan bagaimana ormas sejak jaman dahulu telah berjasa dalam mendorong terciptanya kemerdekaan dan melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang hebat.
”Di Indonesia dengan banyaknya ormas-ormas termasuk ormas keagamaan yang tergabung dalam LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) – LPOK (Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan) memiliki dan mengemban kewajiban untuk mendidik masyarakat dalam menjalin persatuan dan kesatuan,” katanya.
Keberadaan ormas-ormas di tanah air adalah kelebihan yang dimiliki bangsa Indonesia. Ormas-ormas ini sambungnya, memiliki massa yang tergabung dan tersebar dalam pesantren, madrasah, sekolah perguruan tinggi, hingga fasilitas publik yang merupakan aset besar dalam perjuangan melawan paham radikalisme sebagai extraordinary crime.
”Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah, ada Al Ittihadiyah, Syarekat Islam, Persatuan Umat Islam (PUI), Persatuan Islam (Persis) dan lain sebagainya. Ormas ini kan punya wilayah dan punya cabang. Seperti saya dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah kami punya 35 wilayah dan ratusan cabang. Nah melalui saluran-saluran inilah kita sampaikan pesan perdamaian dan persatuan kepada khususnya generasi muda,” kata dia.
Mengutip pesan sang Proklamator Ir. Soekarno (Bung Karno), ‘Generasi kami ini jelas musuhnya, yaitu melawan penjajah. tetapi nanti generasi-generasi muda ini akan lebih berat (musuhnya)’, sehingga dengan jelas Anwar Sanusi mengatakan bahwa perjuangan mempertahankan persatuan ini merupakan perjuangan berat yang mau tidak mau secara alami harus berganti generasi.
Ia menambahkan, generasi muda tidak boleh dibiarkan begitu saja, terlebih karena dewasa ini, sudah masuk ke era teknologi informasi yang mana informasi baik maupun buruk terkhusus yang terkait pada pemahaman keagamaan kerap menjadi ancaman.
“Oleh sebab itu, kalau agama itu diajarkan secara benar tentunya tidak bertentangan dengan nasionalisme apalagi dengan negara. Kembali lagi kalau kita adalah mencintai agama, Hubbul Wathon Minal Iman, itu mencintai agama untuk mempertahankan persatuan bangsa,” ujar Sanusi.
Setidaknya ada tiga hal yang bisa diupayakan oleh seluruh stakeholder bangsa dalam perjuangan melawan radikalisme dengan membangun deteksi dini di tengah masyarakat.
Pertama, di perguruan tinggi itu pembekalan mahasiswa baru, dosen-dosen baru, dan juga pengurus-pengurus civitas akademika.
Kedua, di pesantren dengan yang namanya pencerahan kalbu, jadi hatinya dicurahkan dulu, lalu bisa saja di kerjasama dengan beberapa badan atau beberapa lembaga.
Ketiga, membangun deteksi dini dari lingkup keluarga sebagai lingkungan dan sekolah pertama bagi anak. Ia berharap, kesadaran dari lingkup keluarga untuk memberikan perhatian dan pendidikan mampu menghindarkan seluruh anak bangsa dari radikalisme yang mengancam.
“Keluarga itu nomor satu sebagai ujung tombak dalam perjuangan pencegahan radikalisme,” katanya.
Ia berharap, seluruh generasi muda dalam memperingati Hari Pahlawan seyogiannya anak muda tidak melupakan bagaimana perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan, dan guna mengingatkan kembali bahwasanya generasi muda harus bersiap melanjutkan perjuangan tersebut.
”Bahwa sekali lagi Jas Merah, ‘Jangan Melupakan Sejarah’, dan mari semangat 10 November tahun 2022 ini pada 77 tahun anda sebagai generasi muda harus siap memegang tongkat estafet perjuangan bangsa,” kata dia.
2 komentar