JAKARTA – Tak terasa bulan Ramadan kali ini telah memasuki pertengahan yang dibarengi juga dengan perayaan Jumat Agung bagi umat Kristiani. Alhasil, Ramadan kali ini tidak hanya sebagai perayaan ritual agama Islam saja, namun juga mempersatukan kebersamaan sesama anak bangsa yang berbeda agama dalam menjalankan perintah agamanya.
Sama dengan ibadah puasa di bulan Ramadan, perayaan Jumat Agung juga diharapkan dapat membawa suasana saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Toleransi yang terbangun antar umat beragama akan semakin kuat dengan adanya momentum perayaan umat beragama yang beriringan.
Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Jimmy Sormin, menyampaikan bahwa momentum kebersamaan yang dicita-citakan perlu diupayakan dari seluruh anak bangsa.
“Apapun situasinya, dimanapun dan kapanpun, kita bisa membuat momentum kebersamaan, suasana yang rukun dan damai, untuk saling memahami serta melindungi satu sama lainnya. Oleh karenanya, ketika bulan puasa ini bersamaan juga dengan masa Jumat Agung dan Paskah, ini merupakan waktu yang sangat baik untuk kita saling menghargai satu sama lainnya,” ujarnya di Jakarta , Rabu (5/4/2023).
Ia menjelaskan, seluruh anak bangsa perlu memahami bahwa negara ini ada dalam keberagaman. Artinya setiap umat beragama di Indonesia bisa merayakan apa yang di imaninya secara berbeda.
Pada Ramadan kali ini, umat Islam suka cita menjalankan ibadah puasa. Sementara ada umat lainnya yang merayakannya secara kekristenan, yaitu masa Trihari Suci, yang terdiri dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Paskah.
“Ibarat wajah yang harus selalu dirawat, tidak hanya wajah yang fisik saja yang perlu kita poles dan manjakan supaya terlihat indah dihadapan banyak orang. Tapi juga wajah keIndonesiaan dan kemasyarakatan kita yang beragam yang perlu kita rawat. Sudah sejak semula ada perbedaan, tapi bagaimana mengupayakannya untuk selalu menjadi momentum yang menjaga, mengapresiasi, merawat, menghargai, melengkapi satu sama lainnya. Ini yang harus kita terus rawat bersama,” katanya.
Ia menjelaskan, rasa kebersamaan sesama anak bangsa dapat terwujud dengan selalu membuka ruang perjumpaan. Misalnya di masa puasa ini, umat Kristen bisa saja bersama-sama ikut serta dalam menyemangati dan mendukung saudara-saudara yang berpuasa, juga termasuk mengikuti buka puasa bersama.
Demikian juga yang muslim misalnya atau beragama lain, di masa paskah boleh saling menyelamati atau memberikan dukungan, juga menjaga keamanan dan ketertibannya satu sama lain. Hal ini dilakukan supaya semua bisa merasakan adanya kebersamaan sebagai warga negara yang memiliki keagamaan atau keimanan yang berbeda.
“Ruang perjumpaan itu harus selalu dibuat, tidak hanya dalam bentuk berdialog secara formal, tapi justru harus dalam bentuk dialog aksi. Itu bisa dibangun juga melalui percakapan di media digital. Di ruang digital juga perlu kita bangun narasi yang meneduhkan, menyemangati, menguatkan, dan bukan sebaliknya. Ini yang kita butuhkan supaya kekayaan bangsa ini dengan keberagaman itu bisa terus terawat dan itu menjadi berkat bagi bangsa ini,” tambah Pdt. Jimmy.
Dirinya juga menekankan pentingnya peranan para pemuka agama dalam memberikan pengaruh yang baik terhadap komunitasnya.
“Pemuka agama adalah panutan dan memiliki kepemimpinan yang dapat mempengaruhi orang banyak, terutama umatnya. Merupakan tugas para pemuka agama untuk memberikan himbauan atau ujaran yang membuat umatnya memahami konsep keberagaman itu sendiri,” katanya.
Artinya, lanjut Jimmy, sekalipun warga negara Indonesia memiliki beragam profesi ataupun latar belakang yang berbeda, namun dengan peranan pemimpin agama, mereka dapat memberikan imbauan yang membuat umatnya mengikuti apa yang mereka ajarkan.
“Tentunya yang dibutuhkan adalah kontennya, apa yang disampaikan dan diarahkan itu adalah yang positif, yang menggerakkan kita untuk selalu menjaga keutuhan NKRI ini dan menjaga kebersamaan anak bangsa, terutama untuk menciptakan keadilan dan perdamaian di tengah bangsa ini,” ujar Pdt. Jimmy.
Untuk itu Jimmy berpesan, agar seluruh anak bangsa dapat terus menjaga dan merawat keberagaman, karena keberagaman itu sejatinya adalah kehendak Tuhan.
“Sebagaimana Kristus yang telah menderita, mati dan bangkit bagi manusia untuk mendatangkan keselamatan, damai dan sejahtera,” imbuhnya.
Oleh karena itu, dalam mengingat dan juga menghayati arti pengorbanan dan kebangkitan Kristus, sudah seharusnya juga menampakkan tanda-tanda damai dan sejahtera, tanda-tanda yang memberkati serta mengasihi.
“Sehingga kita juga turut menjadi anak-anak bangsa yang menampakkan citra Kristus. Keberagaman adalah bagian dari panggilan kita untuk turut serta melindungi, merawatnya, dan memastikan adanya keadilan dan perdamaian sebagaimana yang Kristus harapkan,” kata Pdt. Jimmy.