Akademisi: Soal Palestina, Semua Perlu Melihat dari Perspektif Kemanusiaan

Nasional812 Dilihat

JAKARTA – Bangsa Indonesia terus menunjukkan solidaritas kemanusiaan terhadap para warga sipil Palestina yang menjadi korban agresi militer Israel. 

Semangat dalam kepedulian terhadap sesama manusia adalah lentera yang cahayanya bisa menembus batas suku, ras, bangsa dan agama. 

Apapun latar belakang seseorang, tidak layak menerima penderitaan seperti yang saat ini terjadi pada rakyat Palestina.

Membahas keprihatinan terhadap Palestina, Dosen UIN Alauddin Makassar, Abdul Rauf Amin, menjelaskan ada banyak cara untuk menyatakan keprihatinan, dukungan dan solidaritas terhadap Palestina. Tentunya semua perlu melihat dan mengenali persoalan ini dari perspektif kemanusiaan.

“Mengenali tragedi ini melalui kaca mata kemanusiaan, berarti kita sebagai warga negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam, bisa menunjukkan kepeduliannya terhadap siapapun yang menjadi korban terlepas apapun bangsa atau agamanya,” ujarnya di Makassar, Rabu (15/11/2023).

Menurutnya, andaikata bukan Palestina yang menjadi korban, tetap saja peperangan akan menewaskan manusia yang tidak berdosa, termasuk anak-anak dan perempuan. 

Perang tidak akan membeda-bedakan dalam membuat kerusakan, entah itu pangkalan militer, sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, ataupun fasilitas publik lainnya. 

Berbagai kerugian yang ditimbulkan oleh perang tidak lagi memiliki relasi terhadap agama saja, namun berhubungan langsung terhadap aspek kemanusiaan.

Abdul Rauf yang pernah menulis buku Esai-Esai Maqasid Al-Syariah ini juga menghimbau, sebagai seorang muslim yang baik, umat harus memiliki kepedulian terhadap sesama manusia. 

Ia menambahkan, jangankan Palestina yang mayoritasnya beragama Islam, jika ada orang non muslim yang di persekusi kemudian dizalimi seperti itu, seharusnya semua memberikan dukungan, baik secara moral maupun material serta dilakukan dengan cara yang tepat.

“Beberapa pihak menunjukkan keprihatinannya dengan cara melakukan unjuk rasa. Selama ini dilakukan dengan bijak, tentu tidak ada salahnya,” katanya.

Menurut dia, cara yang lebih efektif adalah bagaimana selaku negara Indonesia mengaktifkan jalur diplomasi yang dimiliki.

“Indonesia perlu secara aktif terus mendorong hilangnya agresi militer Israel terhadap Palestina, dan saya kira Indonesia sudah memainkan peranannya dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang sangat lantang di PBB menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina,” jelasnya.

Walaupun demikian, Abdul Rauf mengaku tidak melihat efektivitas dari perbuatan sebagian pihak yang melakukan boikot para produk-produk tertentu yang disinyalir punya afiliasi dengan Israel. 

Abdul Rauf mengatakan, andaikata produk-produk tersebut memang terbukti punya afiliasi dengan Israel, namun jika barang tersebut sudah masuk ke Indonesia, berarti sudah milik kita. Pemboikotan yang serampangan justru hanya akan merugikan warga Indonesia sendiri.

“Misalnya sebagai seorang muslim yang berdagang, saya punya mini market atau supermarket. Seandainya umat Islam juga memboikot barang yang menjadi dagangan saya, berarti itu sebenarnya tidak memboikot Israel, dia memboikot saya dan merugikan saya. Bila diteruskan, hal itu menjadi kontraproduktif,” katanya.

Ia menambahkan, yang paling efektif jika pemboikotan terhadap barang yang terafiliasi dengan Israel dilakukan sebelum barang itu masuk ke Indonesia. 

Pemerintah dapat melakukan bargaining terhadap Israel, misalnya dengan mengambil sikap kalau Israel meneruskan agresinya, maka Indonesia tidak akan mau meng-import produksi dari Israel. 

Hal ini tentu lebih efektif ketimbang melakukan pemboikotan sporadis pada barang yang sudah terlanjur masuk Indonesia.

Ia mengatakan, semua perlu melihat peristiwa ini dengan jernih dan komprehensif. Jangan sampai peperangan yang berkecamuk di jalur Gaza, justru secara tidak langsung berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. 

“Sekali lagi, semua tetap harus ingat bahwa sisi kemanusiaan perlu dikedepankan dalam melihat musibah peperangan Palestina – Israel,” katanya.

“Sikap resmi saya, bahwa siapapun di dunia yang melihat Palestina menjadi korban dari  musibah kemanusiaan ini, pasti mendukung mereka. Siapapun dan apapun latar belakangnya, apalagi kalau misalnya kita bawa ke dalam ranah konsep agama Islam. Islam adalah agama yang universal, ia diturunkan untuk menjadi rahmat seluruh alam dan tidak terbatas pada dimensi ruang dan waktu,” ujar dia.

Mengakhiri penjelasannya, akademisi yang aktif menyoroti dinamika politik di Timur Tengah ini berharap, agar peperangan ini segera berakhir. Semua pihak yang terlibat perlu mencari jalan tengah untuk perdamaian.

“Mereka harus mendahulukan kepentingan kemanusiaan di atas kepentingan sesaat dan golongannya,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *