GARDANASIONAL, PRAHA – Penangganan Foreign Terrorist Fighters (FTF) Returnees yang dipulangkan ke negara asal setelah konflik Suriah, menjadi perhatian seluruh negara. Karena itu, Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus melakukan kerja sama berbagai negara guna mencari solusi terhadap masalah tersebut.
“Ini sangat penting bagi Indonesia untuk mejalin kerjasama dengan Republik Ceko, guna mencari solusi terkait penanganan FTF returness,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius saat melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Ceko, Jakub Kulhanek, di kantor Kementerian Dalam Negeri Republik Ceko, Praha pada Jumat (29/11/2019) lalu.
Suhardi menjelaskan, Indonesia belum mengambil keputusan politik terkait FTF yang bakal balik ke tanah air. Padahal jika dihitung, ada sekitar 500 FTF di Suriah termasuk wanita dan anak-anak.
Menurutnya, jika dibandingkan dengan populasi penduduk Muslim Indonesia yang mencapai lebih dari 200 juta orang. Maka jumlah tersebut terbilang kecil.
“Sangat kecil jika dibandingkan dengan FTF dari negara bekas Uni Soviet mencapai 10.000 FTF, dan Xin Jiang, China 5000 orang,” katanya.
Ia menegaskan, terorisme tidak ada kaitannya dengan agama, kebangsaan, atau peradaban apapun. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya serangan teroris yang terjadi di Selandia Baru, Sri Lanka, dan di Amerika Serikat.
Karena itu, lanjut Suhardi, terorisme menjadi ancaman global. Dimana setiap negara memiliki akar masalah berbeda, sehingga menyebabkan munculnya serangan terror.
“Itulah sebabnya kerjasama internasional sangat diperlukan tidak hanya dalam lingkup bilateral tapi juga regional dan multilateral,” katanya.
Selain itu, dalam pencegahan terorisme, baiknya menggunakan pendekatan lunak (soft approach), dimana negara lain belum menggunakannya seperti program deradikalisasi dan rekonsiliasi nasional yang mempertemukan 124 mantan napi teroris dan 51 korban aksi terorisme, untuk memelihara budaya pengampunan.
Disamping itu, membentuk duta damai dunia maya pada lingkup nasional dan regional ASEAN, sebagai upaya menyebarkan pesan positif dalam melawan propaganda terorisme melalui internet dan media sosial.
“Tahun 2020 nanti, BNPT berencana membentuk duta damai dunia maya global,” kata dia.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Ceko, Jakub Kulhanek, sangat senang bisa bertemu dengan Suhardi Alius. Sebab dengan begitu, masalah terorisme yang menjadi permasalahan global, bisa diatasi melalui kerjasama internasional.
“Seluruh dunia mengakui, teroris tidak mengenal batas negara. Seluruh komuntas internasional dituntut untuk bekerjasama dalam memerangi terorisme. Dan kami bersyukur bisa melakukan pertemuan dengan pemerintah Indonesia,” ujarnya.
Jakub mengatakan, di negaranya terorisme tak ditanggani lembaga khusus seperti BNPT, melainkan oleh Badan Intelijen Domestik dan Luar Negeri, serta Kepolisian Nasional. “Kami merupakan anggota Uni Eropa dan masuk dalam koalisi NATO yang mengandalkan Badan Intelijen dan Kepolisian dalam menangani terorisme serta melindungi warga Ceko dari ancaman ekstremisme kekerasan,” kata dia.
Pihaknya bersyukur, sebab sampai hari ini belum pernah terjadi insiden serangan terorisme. Potensi pun tak ada. Sebab pihaknya kerap menggelar operasi khusus yang menganalisa isu-isu kebencian terhadap pemerintah yang semakin meresahkan.
“Jika meningkatnya propaganda ‘hate-speech’ melalui media sosial, kami langsung menangganinya,” ujar Jakub.