GARDANASIONAL, JAKARTA – Hasil survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), indeks potensi radikalisme mengalami penurunan ditahun ini dibanding dua tahun sebelumnya. Dimana pada tahun ini mencapai 38,43 persen pada skala 0-100.
“Indeks Potensi Radikalisme tahun 2019 secara nasional mencapai 38,43 persen. Artinya, potensi radikalisme secara nasional mengalami penurunan sebesar 16,69 persen dibanding tahun 2017 yang mencapai 55,12 persen,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius saat menggelar konfrensi pers di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Selasa (10/12/2019).
Survei tersebut bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama (Balitbang Kemenag), Lembaga Daulat Bangsa, dan pihak lainnya, yang dilaksanakan tiap dua tahun sekali.
Menurut Suhardi, dengan angka indeks tersebut, maka potensi radikalisme bergeser dari ukuran sedang ke ukuran ringan. Turunnya angka itu, juga tak lepas dari empat faktor, di antaranya kearifan lokal, kampanye di media sosial, pola pendidikan keluarga, dan kontra atau program penangkalan radikalisme.
Suhardi menjelaskan, untuk kearifan lokal, merupakan cara yang tepat menangkal radikalisme meski pada praktiknya disebut masih tidak berkelanjutan. “Artinya kearifan lokal masih hanya diyakini diimani sebagai penangkal radikalisme di masyarakat. Namun wawasan dan praktik dalam pelestarian kearifan lokal masih rendah,” katanya
Pada konten radikalisme keagamaan, kata Suhardi, ada empat hal yang paling dominan menangkal radikalisme di antaranya, konten nilai yang terkandung dalam ibadah, tata cara beribadah, hari akhir, dan kehendak Tuhan.
“Terpaan konten keagamaan yang paling dominan empat konten, yakni terkait dengan ibadah skor 40,42, tata cara ibadah wajib dengan skor 40,01, hari akhir dengan skor 39,28, dan kehendak Tuhan dengan skor 39,05,” katanya.
Oleh karena itu, konten keagamaan moderat pada sosial media, kearifan lokal yang terinternalisasi dengan baik, perilaku kontra radikal yang intens, serta pola pendidikan keluarga yang baik akan mereduksi potensi radikalisme di masyarakat.
Penurunan indeks radikalisme di Indonesia, tak lepas dari kerjasama berbagai pihak. Karena itu, Suhardi berharap, kerjasama tersebut selalu ditingkatkan antara warga dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT).
“Mana kala kita bersama-sama dengan seluruh stakeholders dan masyarakat bergabung bersama FKPT kita sosialisasikan dari dunia maya, apapun itu akan mampu kita memerankan kearifan lokal,” kata dia.
Diketahui, survei tersebut melibatkan sebanyak 15.360 responden di 32 provinsi dengan kuesioner terstruktur. Menggunakan teknik multistage cluster random sampling yang pengumpulan datanya melalui wawancara tatap muka. Berlangsung pada bulan April hingga Juli 2019 dengan margin error sebesar 0,79 persen.