JAKARTA – Siswa Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) RI, Nur Fatia Azzahra (22 thn) dinyatakan lulus dan memenuhi syarat mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri Tahun 2024.
Nur Fatia Azzhra lulus pada jalur disabilitas, dengan nilai sangat memuaskan yakni cumlaude IPK 3,56 dan kuliah 3 tahun 8 bulan. Ia merupakan seorang tunadaksa.
Fatia menceritakan dirinya difabel sejak lahir. Perundungan dan nasihat orang tua adalah dua hal yang membentuk mentalnya sehingga kuat.
“Waktu SD saya pernah mengalami bullying dikarenakan saya tidak bisa olahraga voli, bully-an verbal. Saya Cuma bisa nangis dan kasih tahu orang tua kalau saya itu kenapa di-bully sama teman,” ujarnya di Sepolwan RI, Ciputat, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan (Jaksel), Kamis (19/9/2024).
Baca Juga: Irjen Pol Eddy Hartono Janji Pertahankan Tidak Ada Serangan Teroris di Indonesia
“Ayah dan ibu bilang kalau saya itu istimewa, tidak boleh minder dan malu, dan harus membuktikan kalau bisa,” lanjut dia.
Ia mengatakan, sang ayah kerap mengajaknya ke luar rumah untuk sekadar bermain, hingga mengajarkan soal kemandirian. Ayahnya juga kerap mendorong Fatia untuk berani merantau.
“Alhamdulillah selalu dilatih ayah di depan rumah, seperti diajak bermain bulu tangkis, diajak main voli. Meskipun tidak hebat, tapi akhirnya saya bisa mainnya. Ayah selalu memberikan gambaran terkait perantauan. Ayah bilang, ‘Merantau akan membuat kamu lebih berkembang’,” katanya.
Fatia mengungkapkan, sang ayah pernah mengajaknya dari Bangka merantau ke Jambi. Ajaran sang ayah membuat dirinya menemukan banyak hal untuk mandiri dan hidup setara meski kondisi fisiknya disabilitas.
“Sejak SMA saya pernah ikut ayah kuliah S2 di Jambi, Unja. Ayah memberikan gambaran soal kehidupan di perantauan. Alhamdulillahnya sampai saat ini saya merasa banyak hal yang membuat saya mandiri selama merantau,” kata Fatia.
Baca Lagi: Maulid Nabi Muhammad, Potensi Besar Memperkuat Kohesi Sosial
Perempuan asli Bangka Belitung (Babel) ini menjelaskan didikan orang tua menjadikan membentuk dirinya menjadi perempuan yang bertekad kuat. Contoh, meski Fatia disabilitas namun dia bersekolah di umum.
“Saya difabel dari lahir. Saya disekolahkan di sekolah reguler. Saya di SD Islam terpadu, dan SMP-SMA di negeri. Saya kuliah merantau ke Jogja, di UII Fakultas Psikologi,” ujarnya.
Ia mengaku sangat gembira saat tahu Polri membuka penerimaan anggota dari jalur disabilitas. Sulung dari dua bersaudara ini lalu menyampaikan ke orang tuanya soal keinginan menjadi polwan.
“Dari kecil saya ingin jadi polisi, tapi saya sadar diri karena kondisi saya tidak mungkin diterima. Saya cari tahu sendiri (soal penerimaan jalur disabilitas) di IG (Instagram). Awalnya orang-orang yang kenal saya tidak sangka saya mau jadi polisi, karena yang orang-orang tahu saya mau ambil S2,” katanya.
Diketahui, Polri melalui Biro Pengendalian Personel SSDM Polri, merekrut 16 penyandang disabilitas pada penerimaan Bintara Tahun Anggaran 2024 ini. Mereka terdiri dari 3 siswa Bintara perempuan dan 13 laki-laki.
2 komentar