JAKARTA – Pada 10 Oktober 2024, dua prajurit TNI yang tergabung dalam misi perdamaian PBB di Lebanon mengalami luka akibat serangan dari tank Merkava Israel yang membidik menara observasi di markas UNIFIL di Naqoura. Insiden ini terjadi di tengah ketegangan antara Tentara Pertahanan Israel (IDF) dan kelompok Hizbullah, yang terus berlanjut di perbatasan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan tanggapan atas kejadian tersebut, menyatakan, “Ya memang keadannya dalam keadaan perang seperti itu,” dan mengingatkan seluruh prajurit TNI untuk tetap berhati-hati.
Dalam pernyataan resminya, Jokowi menegaskan perlunya kewaspadaan di antara pasukan perdamaian, terutama bagi mereka yang bertugas di daerah rawan.
Baca Juga: Refleksi 22 Tahun Bom Bali: Kebangkitan dan Harapan untuk Perdamaian
Sebelumnya, siaran resmi UNIFIL mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut menyebabkan kerusakan pada menara observasi dan mengakibatkan dua prajurit TNI terjatuh. Meskipun luka yang dialami tidak serius, mereka tetap dirawat di rumah sakit sebagai tindakan pencegahan.
“Akibat kejadian tersebut, personel TNI mengalami luka ringan pada kaki dan dalam kondisi normal,” ujar Kapuspen TNI, Mayjen Hariyanto.
Serangan ini mengundang kecaman luas, baik dari dalam negeri maupun masyarakat internasional. Banyak pihak menilai tindakan Israel sebagai tidak bertanggung jawab, mengingat UNIFIL memiliki misi untuk menjaga perdamaian di kawasan yang dilanda konflik.
Politisi dan pengamat keamanan di Indonesia mengungkapkan kekhawatiran bahwa insiden ini dapat memperburuk hubungan Indonesia dengan negara-negara terkait dan memperpanjang ketegangan di wilayah tersebut.
Ketegangan di Lebanon dan serangan terhadap markas UNIFIL bukanlah hal baru. Sejak tahun 2006, UNIFIL telah menghadapi tantangan berat dalam menjalankan misi mereka, terutama dengan adanya pertempuran antara IDF dan Hizbullah. Serangan yang terjadi baru-baru ini menambah daftar panjang insiden yang mengancam stabilitas di kawasan tersebut.
1 komentar