JAKARTA – Guinea Ekuatorial, negara kecil di Afrika Tengah, tengah menghadapi krisis reputasi setelah bocornya ratusan video yang diduga berisi konten pornografi yang melibatkan pegawai negeri sipil.
Skandal ini tidak hanya mencakup tindakan tidak senonoh yang terjadi di kantor, tetapi juga melibatkan pegawai tinggi negara, Baltasar Ebang Engonga, yang merupakan kepala Badan Investigasi Keuangan Nasional.
Video-video tersebut diperoleh dari berbagai sumber dan menunjukkan Engonga berhubungan seks dengan sejumlah wanita, termasuk istri pejabat tinggi. Tindakan ini memicu kemarahan publik dan menciptakan kehebohan di media sosial.
Wakil Presiden Guinea Ekuatorial, Teodoro Obiang Mangue, mengeluarkan pernyataan tegas menanggapi skandal ini. Ia memperingatkan bahwa pegawai negeri sipil yang terlibat dalam aktivitas seksual di tempat kerja akan menghadapi “tindakan keras” dan dapat diskors karena dianggap pelanggaran berat terhadap kode etik.
Baca Juga: Menghadapi Tiga Dosa Besar: Sekolah Damai sebagai Solusi Pendidikan di Indonesia
“Video-video ini merendahkan citra negara dan tidak bisa diterima dalam pemerintahan yang baik,” ujar Obiang dikutip dari AFP, Kamis (7/11/2024).
Ia juga merekomendasikan penyelidikan lebih lanjut untuk menangani masalah ini agar tidak terulang di kemudian hari.
Tindakan Pemerintah
Sebagai respons terhadap skandal ini, pemerintah Guinea Ekuatorial telah mengambil langkah-langkah signifikan. Salah satunya adalah rencana untuk memasang kamera pengintai di pengadilan dan kementerian untuk mencegah tindakan tidak senonoh di tempat kerja.
Keputusan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menegakkan disiplin dan menjaga etika di kalangan pegawai negeri sipil.
Obiang juga menginstruksikan perusahaan telekomunikasi untuk menghentikan penyebaran video-videonya di media sosial, menandakan upaya untuk mengendalikan arus informasi yang dapat merugikan reputasi negara.
“Kami tidak akan membiarkan tindakan ini menghancurkan citra kami di mata dunia,” tegasnya.
Proses Hukum dan Implikasi
Baltasar Ebang Engonga, yang telah ditangkap atas tuduhan korupsi terpisah, kini dihadapkan pada kemungkinan dakwaan tambahan terkait pelanggaran kesehatan masyarakat.
Kepala jaksa Guinea Ekuatorial, Anatolio Nzang Nguema, menyatakan bahwa jika Engonga ditemukan terinfeksi penyakit menular seksual, ia akan diadili atas pelanggaran ini. Ini menambah lapisan kompleksitas hukum pada skandal yang sudah memicu banyak kontroversi.
Reaksi publik terhadap skandal ini sangat beragam. Banyak di antara warga Guinea Ekuatorial yang merasa marah dan kecewa terhadap tindakan pejabat tinggi negara.
Mereka menilai bahwa tindakan seksual di tempat kerja mencerminkan kurangnya moral dan etika di pemerintahan. Di media sosial, warganet memperdebatkan isu ini secara hangat, sementara beberapa pihak mendukung tindakan pemerintah dalam menegakkan kedisiplinan.
“Bagaimana bisa mereka yang seharusnya mengawasi keuangan negara bisa terlibat dalam aktivitas seperti ini?” komentar seorang warga di platform media sosial. Komentar semacam itu mencerminkan rasa frustrasi dan kekecewaan yang dirasakan oleh banyak orang.
Skandal ini membawa perhatian lebih besar kepada isu etika dan moralitas dalam pekerjaan publik di Guinea Ekuatorial. Banyak pakar berpendapat bahwa insiden ini memperlihatkan perlunya reformasi dalam sistem pemerintahan dan pengawasan terhadap pegawai negeri sipil.
Pendidikan tentang etika kerja dan tanggung jawab publik perlu ditingkatkan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
“Penting bagi kami untuk mengedukasi pegawai negeri tentang tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan mereka. Ini bukan hanya tentang hukum, tetapi juga tentang moralitas,” kata seorang ahli sosial di Guinea Ekuatorial.